1.Definisi
dan Dasar Pengambilan Keputusan
1.1 Definisi
Pengambilan
keputusan didefinisikan sebagai proses memilih tindakan tertentu dalam
menghadapi masalah atau menangani kesempatan yang ada . Kualitas keputusan yang
diambil para manajer adalah sebagai
tolak ukur keefektifan. Kadang kadang satu atau dua keputusan yang baik
atau buruk dapat mempengaruhi kesuksesan karier individu atau bahkan kesuksesan
organisasi . contoh pengambilan keputusan yang buruk diantaranya yaitu :
1.Pihak
manajemen Union carbide mengambil beberapa keputusan yang buruk setelah
terjadinya tragedy kecelakaan kebocoran Methil Isocyanate di Bhopal , India ,
pada tahun 1984 . Tragedi ini merenggut lebih dari 2000 jiwa . Kecelakaan itu
sendiri dan keputusan yang diambil berkaitan dengan penanganan kecelakaan ini
memberikan pengaruh yang sangat besar
bagi Union Carbide . Kecaman dan cercaan internasional mempengaruhi jatuhnya
nilai saham perusahaan , penurunan peringkat kredit , adanya usaha
pengambilalihan secara tidak bersahabat (oleh GAF Corp) dan klaim kerusakan
yang mencapai triliunan dolar.
2.Keputusan
yang diambil pihak eksekutif perusahaan ban Bridgestone . Perusahaan tersebut
mendapat tekanan dari Badan Pengawasan Keselamatan Jalan Raya Amerika untuk
menarik produk ban mereka dari pasaran , meskipun 6,5 juta ban sudah ditarik
dari pasaran pada bulan Agustus tahun 2000. Hingga bulan Juli 2011 , pihak
perusahaan menolak permintaan penarikan tersebut .
Keputusan menunda penarikan ini memiliki dampak yang amat besar , karena selama periode itu pihak yang berwenang mengaitkan 271 kasus kematian dan beberapa kasus cedera parah akibat kecelakaan yang disebakan cacat pada ban ban. Pihak eksekutif Bridgestone akhirnya mengubah keputusan mereka dan setuju menarik 3,5 juta produk ban mereka pada bulan Oktober 2001. Selain kerugian nyawa yang tidak bisa terganti , harga saham perusahaan anjlok dan perusahaan menghadapi tuntunan finansial sebesar 345 juta dolar , hingga tahun 2005 , perusahaaan masih menghadapi beberapa tuntuan hukum pribadi dari banyak orang akibat cacat pada ban yang menimbulkan kecelakaan fatal.
Keputusan menunda penarikan ini memiliki dampak yang amat besar , karena selama periode itu pihak yang berwenang mengaitkan 271 kasus kematian dan beberapa kasus cedera parah akibat kecelakaan yang disebakan cacat pada ban ban. Pihak eksekutif Bridgestone akhirnya mengubah keputusan mereka dan setuju menarik 3,5 juta produk ban mereka pada bulan Oktober 2001. Selain kerugian nyawa yang tidak bisa terganti , harga saham perusahaan anjlok dan perusahaan menghadapi tuntunan finansial sebesar 345 juta dolar , hingga tahun 2005 , perusahaaan masih menghadapi beberapa tuntuan hukum pribadi dari banyak orang akibat cacat pada ban yang menimbulkan kecelakaan fatal.
Pengambilan
keputusan adalah hal yang sangat penting dan dapaat memberikan pengaruh yang
sangat signifikan , sebagaimana diilustrasikan oleh kasus Union Carbide dan Bridgestone . Beberapa orang mengatakan bahwa hakikat manajemen adalah peangambilan
keputusan . Meskipun begitu , sangat keliru jika kita menganggap hanya manajer
yang melakukan pengambilan keputusan . Karena itu meskipun pengambilan
keputusan adalah proses manajerial yang penting , pada dasarnya pengambilan
keputusan adalah proses yang dijalani setiap individu.
1.2
Dasar-dasar Pengambilan Keputusan
Menurut
George Terry (dalam Hasan, 2002:12-13) dasar-dasar pengambilan keputusan adalah :
a) Intuisi. Keputusan berdasarkan perasaan
subjektif dari pengambil keputusan. Sehingga sangat dipengaruhi oleh sugesti
dan faktor kejiwaan.
b) Rasional. Pengambilan keputusan bersifat
objektif, logis, transparan dan konsisten karena berhubungan dengan tingkat
pengetahuan seseorang.
c) Fakta. Pengambilan keputusan yang didasarkan
pada kenyataan objektif yang terjadi sehingga keputusan yang dimabil dapat
lebih sehat, solid dan baik.
d) Wewenanang. Pengambilan keputusan ini
didasarkan pada wewenang dari manajer yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari
bawahannya.
e) Pengalaman. Pengambilan keputusan yang
didasarkan pada pengalaman seorang manajer.
2.Jenis Jenis Keputusan Organisasi
Manajer
didalam setiap organisasi dapat dibedakan berdasarkan latar belakang , gaya
hidup , atau jarak mereka dengan bawahan , tetapi cepat atau lambat mereka
semua harus melakukan pengambilan keputusan . Meskipun pengambilan keputusan
bersipat sangat partisipatif(dengan keterlibatan penuh dari bawahan),
manajerlah yang bertanggung jawab penuh terhadap hasil keputusan
Klasifikasi yang dikemukan oleh Herbert Simon
membedakan dua tipe keputusan:
1.Keputusan
terprogram adalah keputusan yang diperlukan ketikan situasi dimana prosedur
spesifik telah dikembangkan untuk masalah berulang dan rutin . Sebagai contoh ,
perusahaan Land’s End memiliki prosedur
tertentu yang harus diikuti ketika konsumen mengajukan keluhan tentang
pemesanan mereka . Setiap langkah sudah ditetapkan untuk merespons setiap keluhan
konsumen secara cepat .
2.Keputusan
tidak terprogram adalah sebuah keputusan yang diperlukan untuk masalah
manajemen yang unik dan kompleks . Keputusan seperti ini membutuhkan penanganan
khusus. Contoh: Individu yang mengikuti kursus online pada perusahaan earlening
seperti Learn Key , Digital Think , Skill Soft , NetG dan HighTech Campus
kadang kadang mengalami kesulitan dalam melakukan pendaftaran , menyelesaikan
tes kompetensi atau mendownload hard copy dari dokumen dan bahan kursus yang
ada pada situs web perusahaan tersebut . Petugas pusat layanan teknis untuk
konsumen di setiap perusahaan ini harus memberi respons terhadap situasi ,
kejadian , atau problem yang tidak rutin . Setiap perusahaan yang saling
berkompetisi dalam bisnis e-learning ini harus menangani dengan seefektif
mungkin setiap situasi keputusan tidak terprogram.
3.Faktor
Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan.
Menurut
Terry (1989) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan
sebagai berikut:
- Hal-hal yang berwujud maupun tidak
berwujud, yang emosional maupun rasional perlu diperhitungkan dalam
pengambilan keputusan;
- Setiap keputusan nantinya harus
dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi;
- Setiap keputusan janganlah
berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan orang lain;
- Jarang sekali ada 1 pilihan yang
memuaskan;
- Pengambilan keputusan merupakan
tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian harus diubah menjadi
tindakan fisik;
- Pengambilan keputusan yang efektif
membutuhkan waktu yang cukup lama;
- Diperlukan pengambilan keputusan
yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik;
- Setiap keputusan hendaknya
dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang diambil itu
betul; dan
- Setiap keputusan itu merupakan
tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.
Kemudian
terdapat enam faktor lain yang juga ikut mempengaruhi pengambilan keputusan.
1.
Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami
pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan
menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih
tingkah laku yang memberikan kesenangan.
2.
Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap.
Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjective.
3.
Rasional
Didasarkan pada pengetahuan
orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai
konsekuensinya.
4.
Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual
dan kemampuan melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan
dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.
5.
Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan
sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi
tindakan individual.
6.
Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial,
ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung atau
mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
4.Implikasi Manajerial dalam
Pengambilan Keputusan
Implementasi
pengambilan keputusan dalam kepemimpinan partisipatif pada lingkup sekolah terkait erat dengan perilaku
kepala sekolah sebagai manajer pendidikan dan guru sebagai anggota organisasi
pendidikandalam
pengambilan keputusan. Dalam konsep ini yang dibicarakan adalah peran serta
kepala sekolah dalam pengambilan keputusan. French (1960) dalam Salusu
(1996:233) menegaskan bahwa peran serta menunjukkan suatu proses antara dua
atau lebih pihak yang mempengaruhi satu terhadap yang lainnya dalam membuat
rencana, kebijaksanaan dan keputusan.
Pentingnya peran serta dalam proses pengambilan keputusan diakui juga oleh
Alutto dan Belasco (1972) yang mengatakan bahwa dengan adanya peran serta ada
jaminan bahwa pemeran serta tetap mempunyai kontrol atas keputusan-keputusan
yang diambil (Salusu, 1996:234). Berikut ini akan dibahas mengenai peran serta
(partisipasi) kepala sekolah dalam pengambilan keputusan di sekolah.
Dilihat
dari fungsi kepala sekolah sebagai manajer atau pemimpin sekolah, maka salah
satu fungsi yang harus dilakukan adalah sebagai pengambil keputusan. Dalam
kaitannya dengan fungsi tersebut, kepala sekolah memiliki pandangan tertentu
dalam memberi kesempatan kepada guru untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan.Dasar teori yang dapat dikaji dalam pengambilan keputusan pendidikan
dan partisipasi guru adalah teori
kepemimpinan kontinuum yang dikembangkan oleh Tannenbaum dan Schmidt (Rawis,
2000:30). Dalam pandangan kedua ahli ini ada dua bidang pengaruh yang
ekstrim. Pertama, bidang pengaruh
pemimpin di mana pemimpin menggunakan otoritasnya dalam gaya kepemimpinannya.
Kedua, bidang pengaruh kebebasan bawahan
di mana pemimpin menunjukkan gaya yang demokratis. Kedua bidang pengaruh ini
dipergunakan dalam hubungannnya dengan perilaku pemimpin melakukan aktivitas
pengambilan keputusan. Menurut dua ahli
tersebut ada enam model gaya pengambilan keputusan yang dapat dilakukan oleh
pemimpin, yakni :
a) Pemimpin membuat keputusan dan kemudian
mengumumkan kepada bawahannya. Model ini terlihat bahwa otoritas yang
dipergunakan atasan terlalu dominan, sedangkan daerah kebebasan bawahan sempit
sekali.
b) Pemimpin menjual keputusan. Pada gaya ini
pemimpin masih dominan. Bawahan belum banyak dilibatkan.
c) Pemimpin menyampaikan ide-ide dan mengundang
pertanyaan. Dalam model ini pemimpin sudah menunjukkan kemajuan. Otoritas mulai
berkurang dan bawahan diberi kesempatan untuk mengajukan
pertanyaanpertanyaan.Bawahan mulai dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
d) Pemimpin memberikan keputusan bersifat
sementara yang kemungkinan dapat dirubah.
Bawahan sudah mulai banyak terlibat dalam rangka pengambilan keputusan.
Otoritas pelan-pelan mulai berkurang.
e) Pemimpin memberikan persoalan, meminta
saran-saran dan mengambil keputusan.
Pada gaya ini otoritas yang dipergunakan sedikit. Sedangkan kebebasan
bawahan dalam berpartisipasi mengambil keputusan sudah lebih
banyak
dipergunakan. Pemimpin merumuskan
batas-batasnya dan meminta kelompok bawahan untuk mengambilkeputusan.
Partisipasi bawahan sudah lebih dominan.
f) Pemimpin mengizinkan bawahan melakukan
fungsi-fungsinya dalam batas-batas yang telah dirumuskan oleh pemimpin.
Daftar
Pustaka:
·
Gibson, Ivancevich, Donnelly, 1990,
Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses, Jilid, 1, University of Kentucky dan
University of Houston (Editor:
Djarkasih) Jakarta: Erlangga.
·
John M Ivancevic,2005. Perilaku dan Manajemen
Organisasi jil 2, Jakarta:Erlangga.
·
Dermawan, Rezky. 2013. Pengambilan
Keputusan. Bandung: Alfabeta
·
Veithzal, R., 2004,
Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.