1.Pengertian dan
Karakteristik Kelompok
Kehadiran
kelompok-kelompok dapat mempengaruhi motivasi atau kebutuhan seseorang serta
bagaimana seseorang berperilaku dalam berorganisasi. Kelompok dan tim bukanlah
hal yang sama. Sebuah kelompok (group) adalah dua atau lebih individu yang
berinteraksi satu dengan yang lain guna mencapai sasaran bersama. Tim(team) adalah kelompok yang cukup
matang dengan derajat ketergantungan tertentu diantara anggotanya dan diwarnai
dengan adanya motivasi untuk mencapai sebuah sasaran bersama.Tim mungkin saja
berawal dari sebuah kelompok, tapi tidak semua kelompok akan berkembang menjadi
matang dan menciptakan rasa saling ketergantungan.
Tim dan kelompok memiliki beberapa karakteristik
yang sama yaitu :
1.Keduanya
dapat terbentuk ketika dua atau lebih individu saling berinteraksi.
2.Tim
dan kelompok menyediakan struktur untuk pekerjaan dan interaksi diantara
anggotanya.
3.Anggotanya
dapat menampilkan peran teknis spesifik , kepemimpinan , penyelesaian masalah
dan sisi emosional.
4.Setiap
anggota kelompok dan tim memiliki sasaaran bersama.
Beberapa
ahli mengatakan bahwa dalam suatu kelompok terdapat ciri-ciri, yaitu:
·
Terdiri dari 2 orang atau lebih.
·
Adanya interaksi yang terus menerus.
·
Adanya pengembangan identitas kelompok.
·
Adanya norma-norma kelompok.
·
Adanya diferensiasi peran.
·
Peran yang saling tergantung.
·
Produktivitas bertambah atau meningkat.
·
Saling membagi tujuan yang sama.
Karakteristik
kelompok (Sorsyth, 1979), yaitu:
1. Interaksi dapat berupa fisik, verbal,
non-verbal, emosional.
2. Struktur adalah pola hubungan yang stabil di
antara anggota.
a. Role (peran) yang telah diharapkan dan
seseorang yang telah menduduki.
b. Norma adalah aturan yang mengidentifikasi
atau mendeskripsikan perilaku yang tepat.
3. Tujuan
a. Intrinsik
b. Ekstrinsik (tujun bersama)
·
Faktor pemersatu paling kuat contohnya
olah raga.
·
Memotivasi perilaku tertentu sehingga
tujuan tercapai.
4.
Groupness/Entitavity (Kesatuan) adalah tingkat di mana kekuatan tunggal
sebuah kesatuan menyatu.
5. Ketergantungan dinamis.
2.Tahapan
Pembentukan Kelompok
Dari
pertengahan dasawarsa 1960-an , diyakini bahwa kelompok-kelompok melewati suatu
deretan standar dari lima tahap seperti yang ditunjukan pada gambar , kelima
tahap ini yaitu :
1.Tahap
pembentukan (forming)
Tahap
pembentukan ini dicirikan oleh banyak sekali ketidakpastian mengenai maksud,
struktur, dan kepemimpinan kelompok. Para anggota menguji coba untuk menentukan
tipe-tipe perilaku apakah yang diterima
itu baik. Pada tahap ini selesai ,ketika para anggota telah mulai berpikir
tentang diri mereka sendiri sebagai
bagian dari suatu kelompok.
2.Tahap
Keributan (storming)
Tahap
ini dicirikan dengan adanya konflik di dalam kelompok , artinya para anggota
menerima baik eksistensi kelompok , tetapi melawan kendala-kendala yang
dikenakan oleh kelompok terhadap individualitas. Lebih lanjut, ada konflik
mengenai siapa yang akan mengendalikan kelompok. Bila tahap ini telah lengkap,
terdapat suatu hirarki yang relatif jelas dari kepemimpinan di dalam kelompok.
3.Tahap
penormaan (norming).
Tahap
ini dicirikan oleh hubungan karib dan kekohesifan (kesaling tarikan).Tahap
penormaan adalah tahap dimana hubungan yang terjalin erat dalam kelompok itu
memperagakan salling ketertarikan . Sekarang ada rasa yang kuat akan identitas
kelompok dan persahabatan. Tahap ini selesai bila struktur kelompok telah kokoh
dan kelompok itu telah menyerap perangkat harapan bersama dari apa yang
menetapkan perilaku anggota yang benar.
4.Tahap
pengerjaan (performing).
Tahap
ini dicirikan oleh kelompok yang telah sepenuhnya fungsional dan diterima
dengan baik.. Energi kelompok telah bergeser dari mencoba mengerti dan memahami
satu sama lain ke pelaksanaan tugas di depan mata.
5.Tahap
penundaan (anjourning).
Tahap
ini dicirikan oleh kepedulian untuk
menyelesaikan kegiatan-kegiatan bukanya melaksanakan tugas. Bagi kelompok kerja
yang permanen , pelaksanaan adalah tahap terakhir dalam perkembangannya. Tetapi
untuk komite , tim , angkatan tugas sementara dan kelompok yang serupa yang
mempunyai tugas terbatas untuk dilaksanakan , ada tahap penundaan .
Dalam
tahap ini , kelompok mempersiapkan pembubaran. Kinerja tugas tinggi tidak lagi
merupakan prioritas puncak kelompok itu . Sebagai gantinya, perhatian diarahkan
ke penyelesaian aktivitas.Respons anggota kelompok adalah bervariasi dalam
tahap ini . Beberapa anggota merasa puas, dengan bersenang-senang dalam
prestasi kelompok. Yang lain mungkin murung karena hilangnya persahabatan yang
diperoleh selama kehidupan kelompok kerja itu .
3.Kekuatan
Team Work
Teamwork
disini artinya kemampuan bekerjasama untuk menuju satu visi yang sama dan hal
ini hal ini hanya akan terbangun jika setiap individu dan unit kerja di dalam
perusahaan menyadari bahwa mereka tidak mungkin mampu mencapai tujuan
perusahaan secara sendiri-sendiri. Tiap individu atau tiap unit memang memiliki
tujuan masing-masing. Akan tetapi, dalam
teamwork yang efektif, tujuan masing-masing kelompok akan muncul sebagai
target bersama dan menimbulkan ketergantungan satu dengan yang lainnya secara
positif.
Secara
umum, untuk membangun teamwork yang solid dibutuhkan beberapa syarat:
1. Jangan bersikap individualistis
Dalam
suatu tim yang solid, kita tidak boleh menunjukkan ego masing-masing. Setiap
anggota tim harus keluar dari diri
sendiri dan masuk ke dalam kesatuan tim. Adanya kesediaan untuk saling
menghormati, saling memaafkan saling menerima kekurangan, dan memberi pelayanan
satu sama lain. Dalam kondisi ini perlu ada kesediaan individu untuk
meninggalkan kepentingan pribadi demi kepentingan yang lebih besar yaitu
perusahaan.
2. Berikan kontribusi
Keberhasilan
suatu teamwork hanya bisa dicapai karena
adanya kontribusi dari setiap individu yang terlibat. Untuk itu setiap
anggota tim harus mampu berperan sesuai dengan kompetensinya, sehingga satu
sama lain bisa saling melengkapi. Masing-masing unit harus menjalankan tugas
dan tanggung jawab, saling menyelaraskan antara upaya yang telah dilakukan satu
unit dengan upaya unit lain dalam satu tim sehingga apa yang menjadi sasaran
perusahaan dapat tercapai. Kebersamaan tim hanya dapat terwujud, manakala
setiap orang atau unit dapat memainkan perannya semaksimal mungkin, dapat
mengisi kekurangan unit lain dan bukannya saling menyalahkan.
3. Bersikap fleksibel
Dalam
suatu tim, kita harus mampu bersikap fleksibel. Ada kesediaan untuk beradaptasi
dengan tuntutan lingkungan. Misalnya dulu biasa dilayani, sekarang harus merubah paradigma yaitu ada kesediaan untuk
melayani. Selain itu kita juga perlu kreatif, bila satu cara tidak memberikan
hasil, kita harus mampu mencari cara lain yang lebih efektif. Selalu ada
keinginan mencoba gagasan baru dan cara-cara baru. Kita tidak boleh kaku dan
terpaku pada kebiasaan lama atau keberhasilan masa lalu. Setiap tim harus
menjadi ‘learning community’ artinya mereka harus cepat memetakan situasi serta
mempelajari ketrampilan baru yang diperlukan untuk menjadi pemenang dalam
situasi persaingan.
4. Komunikasi
Ketika
seluruh anggota tim tidak mementingkan diri sendiri, mampu bersikap fleksibel
dan beradaptasi satu sama lain, maka tim mampu bersatu dalam kebersamaan. Untuk
menjadi tim yang kuat, satu sama lain harus saling mengerti, saling memahami,
saling memuji. Komunikasi adalah cara untuk saling mengenali satu sama lain.
Dalam prosesnya, hubungan yang erat, dimana satu sama lain saling mengenal
dengan baik, saling memahami sehingga dapat membaca apa yang sedang dibutuhkan
yang lain tanpa harus mengatakannya.
5. Komitmen
Setiap
anggota harus memberikan komitmen yang tinggi dalam mencapai tujuan perusahaan.
Hal ini ditandai dengan sikap loyal, semangat untuk mencapai tujuan, berupaya
untuk menampilkan hasil kerja yang berkualitas dan sempurna, bertanggung jawab
atas tindakan yang dilakukannya dan disiplin.
6. Kepercayaan dan saling menghargai
Dengan
saling percaya dan saling menghormati, tidak ada musuh yang dapat mengalahkan
kita. Dalam satu tim, kita harus menunjukkan kasih sayang dan kepedulian.
Setaip anggota tim dapat saling bergantung dan berpegang bersama menempuh
berbagai tekanan, menghadapi perlawanan, menghadapi persoalan, baik dari dalam
maupun dari luar perusahaan.
7. Patuhilah pemimpin
Dalam
suatu tim, peran kepemimpinan juga cukup penting. Bagaimana sasaran bisa
tercapai bila tidak ada pemimpin yang mampu menggerakkan anggotanya untuk
mencapai sasaran
Kekuatan
tim yang paling besar adalah kekuatan rantai yang terlemah. Seorang anggota tim
yang baik harus pandai melihat kemampuan masing anggota tim lainnya. Ketika
melihat ada anggota tim yang lemah, ia memberdayakan kelemahan tersebut
sehingga menjadi lebih kuat dan mampu berkontribusi. Bila si lemah menjadi kuat
maka tim akan menjadi lebih kuat dan akan menjadi lebih siap untuk menghadapi
tantangan-tantangan bersama di masa depan.
4.Implikasi
Manajerial
Kelompok
diciptakan untuk mencapai sasaran.Dalam kasus kelompok kerja, sasaran ini
biasanya terkait dengan kinerja tugas spesifik yang dirancang untuk mendukung
pencapaian sasaran organisasi formal.Produksi yang dapat dikur (misalnya jumlah
unit yang dapat selesai dirakit, persentase pasar yang dikuasai , jumlah
pelanggan yang dilayani) mungkin merupakan hal hal yang paling mudah dilihat
tetapi bukan satu satunya hasil akhir dari aktivitas kelompok.Beberapa bentuk
hasil produksi biasanya digunakan sebagai tolak ukur kinerja dan evektivitas
kelompok , namun bukan satu satunya pertimbangan.Peneliti dalam bidang
organisasi, Richard Hackman mengidentifikasi tiga criteria penting terkait
sebuah efektivitas kelompok:
1.Sejauh
mana hasil produksi kelompok memenuhi standar kuantitas, kualitas, dan
ketepatan waktu para pengguna produk tersebut
2.Sejauh
mana proses kerja yang dilakukan kelompok meningkatkan kemampuan anggotanya
untuk bekerja sama dan saling tergantung pada masa yang akan datang
3.Sejauh
mana pengalaman pengalaman kelompok mendukung perkembangan dan kesejahteraan
anggotanya.
Kriteria
diatas jelas penting untuk semua kelompok kerja dalam menilai efektivitas tim
untuk mencapai keberhasilan dan tujuan yang hendak dicapai .
Daftar
Pustaka
FX.Suwarto,Drs.,MS.
1999. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta :Universitas Atma Jaya.
Subkhi, Akhmad., Muhammad Jauhar. 2013. Pengantar
Organisasi & Perilaku Organisasi. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Robbins, Stephen P. 1996. Perilaku
Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Diterjemahkan oleh :
Hadyana Pujaatmaka. Jakarta: Prenhallindo.
John
M Ivancevic,.2005. Perilaku dan Manajemen
Organisasi jil 2,
Jakarta:Erlangga