A.Pengertian Kalimat
Kalimat
adalah satuan bahasa yang mengandung pikiran lengkap. Sebuah kalimat paling
kurang mengandung subjek dan predikat. Kalimat dalam wujud lisan diucapkan
dengan suara naik turun, dan keras lembut,disela jeda, dan diakhiri dengan
intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru
(!).
Susilo (1990:2) mengemukakan lima
ciri kalimat bahasa Indonesia kelima ciri tesebut ialah: bermakna, bersistem
urutan frase, dapat berdiri sendiri dalam hubungannya dengan kalimat yang lain,
berjeda dan berhenti dengan berakhirnya intonasi. Namun hal itu belum menjamin
bahwa kalimat itu ialah kalimat bahasa Indonesia baku.
Contoh
kalimat:
di
tempat itu dijadidkan tempat pertemuan bagi pihak yang bertikai di Poso.
Kalimat
ini bukanlah kalimat baku meskipun memiliki kelima ciri kalimat diatas. Hal itu
karena tidak terlihat unsur subjek di dalam kalimat tersebut. Ciri kalimat baku
menurut Susilo (1990:4), yaitu: gramatikal, masuk akal, bebas dari unsur
mubazir, bebas dari kontaminasi, bebas dari interfensi, sesuai dengan ejaan
yang berlaku dan sesuai dengan lafal bahasa Indonesia.
B. Pengertian SPOK
Setiap
kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan
membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain
SPOK :
a. Subjek / Subyek (S)
Subjek
atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat. Subjek menentukan kejelasan
makna kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat, dapat mengaburkan makna
kalimat. Keberadaan subjek dalam kalimat berfungsi:
(1) membentuk kalimat dasar, kalimat luas,
kalimat tunggal, kalimat majemuk,
(2) memperjelas makna,
(3) menjadi pokok pikiran,
(4) menegaskan makna,
(5) memperjelas pikiran ungkapan,
(6) membentuk kesatuan pikiran.
Ciri-ciri
subjek:
1.
jawaban apa atau siapa
2.
didahului kata bahwa
3.
berupa kata atau frasa benda (nomina)
4.
disertai dengan kata ini atau itu
5.
disertai pewatas yang
6.
kata sifat didahului kata si atau sang: si cantik, si hitam, sang perkasa
7.
tidak didahului preposisi: di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dari, menurut,
berdasarkan, dan lain-lain.
8.
tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan kata bukan.
§ Contoh Subjek :
Jawaban
atas Pertanyaan Apa atau Siapa kepada Predikat.
1.
Hadi memelihara binatang
Siapa
memelihara? Jawab : Hadi. (maka Hadia adalah Subjek (S)
2.
Meja itu dibeli oleh paman.
Apa
dibeli ? = jawab Meja
3.
Biasanya disertai kata itu,ini,dan yang (yang ,ini,dan itu juga sebagai
pembatas antara subyek dan predikat).
Anak
itu membawa bukuku
S P
b. Predikat (P)
Predikat
adalah bagian yang memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri atau
subjek itu. Memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri tentulah
menyatakan apa yang dikerjakan atau dalam keadaan apakah subjek itu. Oleh
karena itu, biasanya predikat terjadi dari kata kerja atau kata keadaan .Kita
selalu dapat bertanya dengan memakai kata tanya mengapa, artinya dalam keadaan
apa, bagaimana, atau mengerjakan apa?.
Ciri-ciri
predikat:
1.
jawaban mengapa, bagaimana
2.
dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan
3.
dapat didahului keterangan aspek: akan, seudah, sedang, selalu, hampir
4.
dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya, seyogyanya, mesti,
selayaknya, dan lain-lain
5.
tidak didahului kata yang, jika didahului yang predikat berubah fungsi menjadi
perluasan subjek
6.
didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni
7.
predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat atau bilangan.
c. Objek (O)
Subjek
dan predikat cenderung muncul secara eksplisit dalam kalimat, namun objek
tidaklah demikian halnya. Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada jenis
predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri. Predikat kalimat yang
berstatus transitif mempunyai objek. Biasanya, predikat ini berupa kata kerja
berkonfiks me-kan, atau me-i, misalnya: mengembalikan, mengumpulkan; me-i,
misalnya: mengambili, melempari, mendekati.
Dalam
kalimat, objek berfungsi:
(1)
membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikat transitif,
(2)
memperjelas makna kalimat
(3)
membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran.
Ciri-ciri
objek:
1.
berupa kata benda
2.
tidak didahului kata depan
3.
mengikuti secara langsung di belakang predikat transitif
4.
jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat transitif
5.
dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu dipasifkan.
d. Keterangan (K)
Keterangan
merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu
yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat,
waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak
kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke,
dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang
berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena,
meskipun, supaya, jika, dan sehingga.
Berikut ini beberapa ciri unsur
keterangan.
•
Bukan Unsur Utama
Berbeda
dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur
tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat
wajib.
•
Tidak Terikat Posisi
Di
dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan
tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di
antara subjek dan predikat.
Jenis Keterangan
Keterangan
dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
1.
Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata,
frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang
menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan
malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang
menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan.
Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang
menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan
ketika.
2.
Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang
menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
3.
Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata
ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang
berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva. Keterangan cara yang berupa
frasa ditandai oleh kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang
berupa anak kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
4.
Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau
anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau
lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang
berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
5.
Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau
anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau
demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh
konjungtor supaya, agar, atau untuk.
6.
Keterangan Aposisi
Keterangan
aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis,
keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang.
Perhatikan
contoh berikut.
•
Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
7.
Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi
penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan
aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan,
sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan.
Seperti contoh berikut.
•
Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
Keterangan
tambahan (tercetak miring) itu tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan
yaitu kata Siswanto.
8.
Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan
pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap.
Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan.
Contohnya sebagai berikut.
•
Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
Contoh
diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa,
melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih.
e. Pelengkap (Pel)
Perbedaannya terletak pada kalimat
pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek
dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif,
bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
Di Belakang Predikat
Ciri
ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat,
sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya
terdapat pada kalimat berikut.
a)
Diah mengirimi saya buku baru.
b)
Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur
kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak
mendahului predikat.
Hasil jawaban dari predikat dengan
pertanyaan apa.
Contoh
:
a.
Pemuda itu bersenjatakan parang.
Kata parang adalah pelengkap.
Bersenjatakan
apa ? jawab parang ( maka parang sebagai pelengkap )
b.
Budi membaca buku.
Membaca
apa ? jawab buku (buku sebagai obyek karena dapat menempati Subyek)
C. Pola Kalimat Dasar
Berdasarkan
penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut:
1. KB + KK : Mahasiswa
berdiskusi.
2. KB + KS : Dosen itu
ramah.
3. KB + KBil : Harga buku itu
sepuluh ribu rupiah.
4.
KB + (KD + KB) : Tinggalnya di Palembang.
5. KB1 + KK + KB2 : Mereka menonton film.
6. KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan.
7. KB1 + KB2 : Rustam peneliti.
Ketujuh pola kalimat dasar ini
dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola dasar itu
digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.
D. Jenis-jenis Kalimat
1.
Kalimat berdasarkan pengucapan
a) Kalimat langsung adalah kalimat yang
secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan
kalimat yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga)
dengan lngsung menirukan, mengutip atau mengulang kembali ujaran dari sumber tersebut. Kalimat ini
biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan Intonasi dari bagian
kutipan bernada lebih tinggi dari bagian lainnya.
Ciri-ciri
kalimat langsung :
1. Susunan kutipan-pengiring
•
Bila kutipan ada di awal kalimat, masukkan tanda petik pembuka dan tulis
kutipannya diawali dengan huruf besar.
•
Tambahkan tanda titik, tanda seru atau anda tanya di akhir kutipan. • Masukkan
tanda petik penutup di akhir kutipan.
•
Ikuti dengan spasi.
•
Masukkan pengiring tanpa diselipkan tanda koma dan huruf besar.
•
Akhiri pengiring dengan tanda titik.
Contoh : “Apa yang harus ku lakukan?” gumam
Ratu Gading Mas.
2. Susunan pengiring-kutipan
•
Bila kutipan ada di akhir kalimat, tuliskan pengiringnya dulu seperti menulis
kalimat biasa.
•
Selipkan tanda koma sebelum menambahkan kutipan.
•
Selipkan spasi.
•
Masukkan tanda petik pembuka dan awali kutipan dengan huruf besar.
•
Tambahkan tanda titik, tanda seru atau anda tanya di akhir kutipan.
•
Masukkan tanda petik penutup di akhir kutipan.
Contoh : Lalu Ratu berkata kepada
pengawalnya, “Suruh kedua wanita itu menghadapku!”
3. Susunan kutipan, pengiring dan kutipan
lagi.
•
Ulang cara menulis kalimat langsung yang susunannya pengiring-kutipan, tetapi
jangan taruh tanda titik di belakang pengiring.
•
Taruh tanda koma di belakang pengiring.
•
Selipkan spasi
•
Masukkan tanda petik pembuka dan tetapi jangan awali kutipan dengan huruf
besar.
•
Tambahkan tanda titik, tanda seru atau anda tanya di akhir kutipan.
•
Masukkan tanda petik penutup di akhir kutipan.
Contoh : “Tunggu!” teriak penasehat ratu,
“lebih baik kita selidiki dulu masalahnya.”
b) Kalimat tak langsung adalah kalimat yang
menceritakan kembali ucapan atau perkataan
orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik
dua, berkata tugas(bahwa,agar,sebab,untuk,supaya,tentang,dsb), Intonasi
mendatar dan menurun pada akhir kalimat
· Ciri-ciri Kalimat Tak Langsung
1. kata ganti orang ke-1 menjadi orang ke-3.
Contoh:
Ratu Gading Mas tidak tahu apa yang harus dia lakukan
2. kata ganti orang ke-2 menjadi orang ke-1.
Contoh:
Ia menyuruh pengawalnya untuk membawa kedua wanita itu masuk.
3. kata ganti orang ke-2 jamak atau kita
menjadi kami atau mereka, sesuai dengan isinya.
Contoh:
Penasehat ratu menyuruh pengawal itu untuk menunggu dan menyarankan agar mereka
menanyakan dulu sebabnya.
2. Kalimat berdasarkan jumlah frasa
(struktur gramatikalnya)
a) Kalimat tunggal ialah kalimat yang hanya
memiliki satu pola (klausa), yang terdiri dari subjek dan predikat. Kalimat
tunggal merupakan kalimat yang paling sederhana. Kalimat tunggal yang sederhana
ini dapat ditelusuri berdasarkan pola-pola pembentukannya.
Pola-pola
kalimat dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut :
KB
+ KK (kata benda + kata kerja)
Contoh:
Ibu memasak
S
P
KB
+ KS (kata benda + kata sifat)
Contoh:
Anak
itu sangat rajin.
S P
KB
+ KBil (kata benda + kata bilangan)
Contoh:
Apel
itu ada dua buah.
S
P
Kalimat
tunggal terdiri dari 2 jenis, yaitu:
§ Kalimat Nominal yaitu jenis kalimat yang pola
predikatnya menggunakan kata benda.
Contoh:
Adik perempuan saya ada dua orang.
§ Kalimat Verbal yaitu jenis kalimat yang
menggunakan kata kerja sebagai predikatnya.
Contoh:
Saya sedang mandi.
Dua
jenis kalimat tunggal diatas dapat dikembangkan dengan menambahkan kata pada
tiap unsur-unsurnya. Dengan adanya penambahan tiap unsur-unsur itu, unsur utama
masih dapat dengan mudah dikenali. Perluasan kalimat tunggal itu terdiri atas:
1. Keterangan tempat
misalnya: disini, lewat jalan itu, di daerah
ini, dll.
Contoh: Rumahnya ada di daerah ini.
2. Keterangan waktu
misalnya: setiap hari, pukul, tahun ini, tahun
depan, kemaren, lusa, dll.
Contoh: Aktifitasnya dimulai pukul 08.30 pagi.
3. Keterangan alat
misalnya:
dengan baju, dengan sepatu, dengan motor, dll.
Contohnya:
Dia pergi dengan sepeda motor.
4. Keterangan cara
misalnya: dengan hati-hati, secepat mungkin,
dll.
Contoh:
Prakarya itu dibuat dengan hati-hati.
5. Keterangan modalitas
misalnya: harus, mungkin, barangkali, dll.
Contoh: Saya harus giat berlatih.
6. Keterangan aspek
misalnya: akan, sedang, sudah, dan telah.
Contoh:
Dia sudah menyelesaikannya.
7. Keterangan tujuan
misalnya: untuk dirinya, untuk semua orang,dll
Contoh:
Orang itu membuat dirinya terlihat menawan.
8. Keterangan sebab
misalnya: karena rajin, karena panik, dll.
Contoh: Dia lulus ujian karena rajin belajar.
9. Keterangan tujuan (ket. yang sifatnya
menggantikan)
contoh: penerima medali emas, taufik Hidayat.
10.
Perluasan kalimat yang menjadi frasa
contoh: orang itu menerima predikat guru
teladan.
b) Kalimat majemuk adalah kalimat yang
terdiri dari beberapa kalimat dasar. Struktur kalimat majemuk terdiri dari dua
atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan baik secara kordinasi maupun
subordinasi.
Kalimat
majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis:
Kalimat Majemuk Setara (KMS)
adalah
kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih kalimat tunggal, dan kedudukan tiap
kalimat tunggal itu ialah setara baik secara struktur maupun makna kalimat itu.
Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat dasar
dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal.
Contoh: Saya makan; dia minum.
Kalimat
tersebut terdiri dari dua kalimat dasar yaitu a) Saya makan dan b) Dia minum.
Jika kalimat a) ditiadakan, kalimat b) masih dapat berdiri sendiri dan tidak
tergantung baik dari segi struktur maupun makna kalimat. Demikian juga, jika
kalimat dasar b) ditiadakan, kalimat dasar b) masih dapat berdiri sendiri
sebagai kalimat tunggal. Kedua kalimat tersebut memiliki kedudukan yang sama di
dalam kalimat majemuk setara.
Hubungan
kedua kalimat dasar dalam kalimat majemuk setara tersebut tidak tampak jelas
karena tidak digunakan konjungsi di antara kedua kalimat dasar tersebut.
Hubungan yang paling dekat dengan makna kalimat majemuk setara tersebut adalah
hubungan urutan peristiwa. Konjungsi yang cocok adalah lalu, lantas, terus,
atau kemudian.
1a)
Saya makan lalu dia minum.
Jika
konjungsi kalimat itu diganti dengan kata tetapi, hubungan kedua kalimat
tersebut akan berubah. Hubungan kalimat yang semula hubungan urutan peristiwa
akan berubah menjadi hubungan pertentangan.
1b)
Saya makan, tetapi dia minum.
Jadi,
konjungsi mempunyai peranan yang penting dalam kalimat majemuk. Peranan
konjungsi adalah menyatakan hugungan antarkalimat dasar di dalam kalimat
majemuk.
Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan
kedalam beberapa bagian, yaitu:
o Kalimat majemuk setara penggabungan ialah
jenis kalimat yang dapat diidentifikasi dengan adanya kalimat yang dihubungkan
dengan kata “dan” atau “serta”. Contoh: "Aku menulis surat itu dan Dia
yang mengirimnya ke kantor pos.", "Murid-murid membuat prakarya itu
serta memajangnya di pameran."
o Kalimat majemuk setara pertentangan ialah
jenis kalimat majemuk yang dihubungkan dengan kata “tetapi”, “sedangkan”,
“melainkan”, “namun”. Contoh: "Anak itu rajin datang kesekolah, tetapi
nilainya selalu merah.", "Ibu memasak didapur sedangkan saya
membersihkan rumah.", "Yang membuat prakarya itu bukan adiknya
melainkan kakaknya yang membuat prakarya itu.", "Dia tidak membuat
makanan itu namun hanya menyiapkannya untuk para tamu."
o Kalimat majemuk setara pemilihan ialah jenis
kalimat majemuk yang didalam kalimatnya dihubungkan dengan kata “atau”.
Contoh" "Dia bingung memilih antara buah apel atau buah anggur."
o Kalimat majemuk setara penguatan ialah jenis
kalimat yang mengalami penguatan dengan menambahkan kata “bahkan”. Contoh:
"Dia tidak hanya pandai bermain alat musik, dia bahkan pandai
bernyanyi."
Kalimat Majemuk Bertingkat(KMB)
adalah
penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda.
Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak
kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk
kalimat. Kalimat majemuk bertingkat mengandung satu kalimat dasar yang
merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi
sebagai pengisi salah satu unsur kalimat itu. Konjungsi yang digunakan dalam
kalimat majemuk bertingkat adalah ketika, karena, supaya, meskipun, jika, dan
sehingga.
Induk Kalimat dan Anak Kalimat
Perbedaan
induk kalimat dan anak kalimat dapat dilihat berdasarkan tiga kategori
1)
Kemandirian sebagai Kalimat Tunggal
Induk
kalimat mempunyai ciri dapat berdiri sendiri sebagai kalimat mandiri, sedangkan
anak kalimat tidak dapat berdiri sebagai kalimat tanpa induk kalimat. Hal ini
tampak pada contoh berikut.
a)
Hujan turun selama tiga hari tiada henti-hentinya.
b)
Sehingga banjir melanda sawah dan ladang petani desa itu.
Kalimat
(a) dapat berdiri sendiri, sedangkan kalimat (b) tidak.
2)
Konjungsi
Konjungsi digunakan untuk
menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat. Dengan kata lain, anak kalimat
ditandai oleh adanya konjungsi, sedangkan induk kalimat tidak didahului
konjungsi.
Saya membaca buku ketika dia
datang.
Jika
konjungsi dipindahkan di awal kalimat itu, akan terjadi perubahan baik struktur
maupun informasi.
Ketika saya membaca buku, dia
datang.
Setelah
dipindahkan ke bagian awal, unsur pertama kalimat tersebut merupakan anak kalimat
dan unsur kedua merupakan induk kalimat.
3)
Urutan
Anak
kalimat yang berfungsi sebagai keterangan mempunyai kebebasan tempat, kecuali
anak kalimat akibat, didahului kata sehingga. Jika anak kalimat di depan induk
kalimat, anak kalimat itu harus dipisahkan dengan tanda koma dari induk
kalimatnya. Anak kalimat yang menempati posisi di belakang induk kalimat dapat
ditempatkan di depan kalimat tanpa perubahan informasi yang pokok.
Contoh
:
-
Dia mengajukan permintaan kredit investasi kecil karena ingin meningkatkan
perusahaan.
Kalimat
tersebut dapat diubah menjadi berikut.
-
Karena ingin meningkatkan perusahaannya, dia mengajukan permintaan kredit
investasi kecil.
o Jenis Anak Kalimat
Berdasarkan
perannya, anak kalimat dapat dibedakan atas beberapa jenis.
1)
Anak Kalimat Keterangan Waktu
Anak
kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan waktu seperti ketika,
waktu, kala, tatkala, saat, sebelum, sesudah, dan setelah.
Contoh:
Seorang
pengunjung, ketika melihat seorang anak kesakitan, sempat terisak.
2)
Anak Kalimat Keterangan Sebab
Anak
kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan sebab, antara
lain, sebab, karena, dan lantaran. Konjungsi ini mengawali bagian anak kalimat
dalam kalimat majemuk bertingkat.
Contoh:
Karena
jatuh dari sepeda, Andi tidak masuk kuliah.
3)
Anak Kalimat Keterangan Akibat
Anak
kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan pertalian akibat. Konjungsi
yang digunakan adalah hingga, sehingga, maka, akibatnya, dan akhirnya. Anak
kalimat keterangan akibat hanya menempati posisi akhir, terletak di belakang
induk kalimat.
Contoh:
Hujan
turun berhari-hari sehingga banjir besar melanda kota itu.
4)
Anak Kalimat Keterangan Syarat
Anak
kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan syarat. Konjungsi
itu, antara lain, jika, kalau, apabila, andaikata, dan andaikan.
Contoh:
Jika
ingin berhasil dengan baik, Andi harus belajar dengan tekun.
5)
Anak Kalimat Keterangan Tujuan
Anak
kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan tujuan. Konjungsi
yang digunakan adalah supaya, agar, untuk, guna, dan demi.
Contoh:
Ana
belajar dengan tekun agar lulus ujian akhir semester.
6)
Anak Kalimat Keterangan Cara
Anak
kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan cara. Konjungsi tersebut
adalah dengan dan dalam.
Contoh:
Pemerintah
berupaya meningkatkan ekspor nonmigas dalam mengatasi pemasaran minyak yang
terus menurun.
7)
Anak Kalimat Keterangan Pewatas
Anak
kalimat ini menyertai nomina, baik nomina itu berfungsi sebagai subjek,
predikat, maupun objek. Konjungsi yang digunakan adalah yang atau kata penunjuk
itu. Anak kalimat ini berfungsi sebagai pewatas nomina.
Contoh:
Anak
yang berbaju hijau mempunyai dua ekor kucing.
8)
Anak Kalimat Pengganti Nomina
Anak
kalimat ini ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi subjek
atau objek dalam kalimat transitif.
Contoh:
Ana
mengatakan bahwa jeruk itu asam
Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi),
kalimat majemuk bertingkat terdiri dari 10 macam, yakni:
1. Waktu, misal: ketika, sejak, saat ini.
Contoh: "Rumah makan itu sudah berdiri sejak orang tuaku menetap di kota
ini.", "Orang tuaku meninggalkan kota ini ketika umurku beranjak 3
tahun."
2. Sebab, misal: karena, oleh karena itu,
sebab, oleh sebab itu. Contoh: "Dia pergi dari rumah karena bertengkar
dengan istrinya."
3. Akibat, misal: hingga, sehingga, maka.
Contoh: "Hari ini hujan sangat deras di Ibukota hingga mampu menggenangi
beberapa ruas jalan."
4. Syarat, misal: jika, asalkan, apabila.
Contoh: "Dia harus giat belajar jika ingin nilainya sempurna.",
"Tanaman itu bisa tumbuh dengan subur asalkan dirawat dengan baik."
5. Perlawanan, misal: meskipun, walaupun.
Contoh: "Dia ingin masuk ke perguruan tinggi di Jakarta walaupun nilai
kelulusannya tidak memenuhi syarat.", "Dia selalu pergi kesekolah
dengan berjalan kaki meskipun dia tahu kalau jarak antara rumah dan sekolahnya
sangat jauh."
6. Pengandaian, misal: andaikata,
seandainya. Contoh: "Tim kita bisa menjadi juara 1 andaikata kita berusaha
lebih keras lagi."
7. Tujuan, misal: agar, supaya, untuk.
Contoh: "Dia bekerja disini agar mendapatkan biaya hidup.",
"Pria itu membuatkan sebuah rumah di daerah "A" untuk kedua
orangtuanya."
8. Perbandingan, misal: bagai, laksana,
ibarat, seperti. Contoh: "Wajah anak itu bagai bulan kesiangan.",
"Anaknya yang suka membangkang itu ibarat Malin Kundang di zaman
modern."
9. Pembatasan, misal: kecuali, selain.
Contoh: "Dia memiliki bakat menyanyi selain bakat bermain musik."
10. Alat, misal: (dengan + Kata Benda) dengan
mobil, dll. Contoh: "Orang itu pergi ke kantor dengan mobil."
11. Kesertaan, misal: dengan + orang. Contoh:
"Murid-murid sekolah dasar pergi berdarmawisata dengan para guru."
Kalimat
Majemuk Campuran (KMC)
adalah
kalimat majemuk yang merupakan penggabungan antara kalimat majemuk setara
dengan kalimat majemuk bertingkat. Minimal pembentukan kalimatnya terdiri dari
3 kalimat.
Contoh:
1. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat
tunggal 1)
2. Rina membaca buku dikamar. (kalimat
tunggal 2, induk kalimat)
3. Ketika aku datang kerumahnya. (anak
kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
Hasil
penggabungan ketiga kalimat diatas.
Toni
bermain dengan Kevin dan Rina membaca buku dikamar, ketika aku datang
kerumahnya.
3. Kalimat berdasarkan isi atau fungsinya
a) Kalimat pernyataan (deklaratif)
adalah
Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap
pada
waktu
ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi
menurun;tanda baca titik).Misalnya:
Positif
1.
Presiden Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri.
2.
Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang.
Negatif
1.
Tidak semua bank memperoleh kredit lunak.
2.
Dalam pameran tersebut para pengunjung tidak mendapat informasi yang memuaskan
tentang bisnis komdominium di kota-kota besar.
b) Kalimat perintah
adalah kalimat yang bertujuan untuk memberikan
perintah kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah dalam
bentuk lisan biasanya diakhiri dengan intonasi yang tinggi, sedangkan pada
bentuk tulisan kalimat ini akan diakhiri dengan tanda seru (!).
Ciri-ciri
kalimat perintah:
1. Intonasi keras, terutam aperintah biasa
dan larangan
2. Menggunakan tanda seru (!) , bila
digunakan dalam tulisan
3. Kata kerja yang mendukung kalimat
biasanya kata kerja dasar
4. Menggunakan partikel pengeras (lah)
5. Berpola kalimat inversi (PS).
Beberapa bentuk kalimat perintah :
1. Kalimat perintah permintaan adalah perintah
yang halus, orang yang menyuruh bersikap rendah.Contoh :
- Tolong, tutup pintu itu!
- Tolong bawa buku itu kesini!
- Harap berdiri!
- Kalau ada waktu, bacalah buku ini!
-
2. Kalimat perintah larangan adalah perintah
yang melarang seseorang melakukan sesuatu hal. Bila larangan itu bersifat
umum/resmi digunakan kata dilarang, bila bersifat khusus/tidak resmi digunakan
kata jangan.
contoh:
-
Jangan membuang sampah sembarangan!
-
Dilarang merokok disini!
Kalimat
perintah ajakan biasanya didahului kata-kata ajakan.
contoh:
- Marilah kita bersama-sama
melestarikan kebudayaan Indonesia!
- Mari kita jaga kebersihan rumah kita!
4. Kalimat perintah sindiran/cemooh adalah
perintah yang mengandung ejekan karena yakin bahwa yang diperintah tidak mampu
melaksanakan yang diperintahkan.
Contoh
:
- Kerjakan sendiri, kalau kamu bisa!
- Dekatilah anjing itu, kalau kamu
berani!
- Tangakaplah jika engkau berani!
5. Kalimat perintah bersyarat adalah
perintah yang mengandung syarat untuk terpenuhi sesuatu hal.
Contoh:
- Tanyakanlah kepadanya, tentu ia akan
menerangkannya kepadamu !
- Bantulah dia, pasti pekerjaannya akan
segera selesai!
6. Kalimat perintah mengizinkan adalah
perintah biasa yang ditambahkan dengan pernyataan yang mengungkapkan pemberian
izin.
Contoh:
- Makanlah, semampu anda!
- Ambillah buah mangga itu semaumu!
c) Kalimat berita
adalah kalimat yang isinya mengabarkan atau
menginformasikan sesuatu. Dalam penulisannya kalimat ini diakhiri dengan tanda
titik (.) dan dalam pelafalannya kalimat ini akan diakhiri dengan intonasi yang
menurun. Biasanya kalimat berita akan berakhir dengan pemberian tanggapan dari
pihak yang mendengar kalimat berita ini.
Ciri-ciri kalimat berita :
*intonasinya yang netral, tak ada suatu
bagian yang dipentingkan dari yang lain
*Susunan kalimat tak dapat dijadikan
ciri-ciri karena hampir sama saja dengan kalimat lain. Suatu bagian dari kalimat berita dapat dijadikan pokok pembicaraan. Dalam hal
ini bagian tersebut dapat ditempatkan di depan kalimat, atau bagian tersebut
mendapat intonasi yang lebih keras. Intonasi yang lebih keras yang menyertai
kalimat seperti ini disebut intonasi pementing.
Beberapa
bentuk kalimat berita:
1. Kalimat berita positif.
2. Kalimat berita negatif yaitu kalimat
yang berisi pengingkaran atau kalimat yang ditandai dengan kata ingkar yaitu
menggunakan kata "tidak" dan kata "bukan".
Contoh
:
1.
Ayahku bukan seorang koruptor. (negatif)
2.
Kakekku tidak mau makan daging sapi. (negatif)
3.
Rian adalah seorang pembunuh yang sadis. (positif)
4.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan masjid agung di bogor. (positif)
5.
Banyak anggota DPR yang melakukan korupsi. (positif).
c) Kalimat Tanya
adalah kalimat yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi, biasanya kalimat ini akan diakhiri dengan pemberian
tanda tanya (?). Kata Tanya yang sering digunakan untuk membuat kalimat. Adapun
macam kata tanya dan gunanya adalah :
- Apa
: hal, orang, atau barang
- Siapa : orang atau nama orang
- Kapan, bilamana : waktu
- Dimana : tempat
- Mengapa : sebab
- Bagaimana : keadaan, cara, proses.
Contoh
:
1. Apa yang dia lakukan disana ?
2. Siapa namamu?
3. Kapan anda pergi ke Banjarmasin?
4. Dimana rumahmu?
5. Bagaimana pemerintah menyelesaikan krisis
ekonomi saat ini?
6. Mengapa orang-orang itu berhamburan pergi
keluar gedung?
Beberapa bentuk kalimat tanya:
1. Kalimat Tanya klarifikasi dan konfirmasi
Yang dimaksud kalimat tanya klarifikasi
(penegasan) dan kalimat Tanya konfirmasi (penjernihan) ialah kalimat tanya yang
disampaikan kepada orang lain untuk tujuan mengukuhkan dan memperjelas
persoalan yang sebelumnya telah diketahui oleh penanya. Kalimat tanya ini tidak
meminta penjelasan, tapi hanya membutuhkan jawaban pembenaran atau sebaliknya
dalam bentuk ucapan ya atau tidak dan benar atau tidak benar.
Contoh
kalimat Tanya konfirmasi :
a. Apakah engkau ingin pulang hari ini?
(ya/tidak)
b. Apakah anda mengambil buku itu? (ya/Tidak)
Contoh kalimat tanya klarifikasi:
a. Benarkah Saudara yang memimpin
penelitianmu?
b. Apa benar barang-barang ini milik Anda?
2. kalimat tanya retorik
Kalimat
Tanya retorik adalah kalimat Tanya yang tidak menghendaki jawaban karena
penanya jawaban sudah tahu.
Contoh:
i.
Apakah anda mau tidak naik kelas?
ii. Apakah saudara mau di jajah kembali?
3. Kalimat tanya tersamar
Kalimat
Tanya tersamar adalah kalimat yang tujuannya tidak untuk bertanya melainkan
mempunyai tujuan lain yaitu:
Tujuan meminta:
-Bolehkah
saya tahu siapa namamu?
-
Dapatkah kamu menolong saya?
Tujuan mengajak:
-
Bagaimana kalau kamu ikut dalam perlombaan sains antarsekolah?
-
Dapatkah kamu menemaniku ke pesta itu nanti malam?
Tujuan memohon:
-
Apakah kamu bersedia menerima lamaran saya?
-
Bersediakah kamu meminjamkan motormu kepadaku?
Tujuan menyuruh:
-
Bagaimana kalau kamu berangkat ke sekolah sekarang?
-
Maukah kamu membuatkan kue bolu?
Tujuan merayu:
-
Kapan saya bisa mengajak kamu jalan-jalan?
-
Jadi kan kamu traktir saya makan hari ini?
Tujuan menyindir:
-
Apa tidak ada orang yang lebih bodoh dari kamu?
-
Begini caranya kamu berterima kasih?
Tujuan menyanggah:
-
Apa dengan cara ini semua persoalan dapat selesai?
-
Bagaimana jika kita mencari cara yang lain?
Tujuan meyakinkan:
-
Mestikah saya bersumpah di hadapanmu?
-
Apa selama ini kata-kata saya cuma pepesan kosong?
Tujuan menyetujui:
-
Tak ada alasan untuk ditolak, bukan?
-
Apa pantas hal ini saya abaikan?
d) Kalimat seruan
adalah
kalimat yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan (sakit, marah, terkejut,
hairan, sindiran, sedih, takut, terperanjat, hiba, dan sebagainya). Dalam
pelafalan biasanya ditandai dengan intonasi yang tinggi, sedangkan dalam
penulisannya kalimat seruan akan diakhiri dengan tanda seru (!) atau tanda
titik (.).
Adapun
macam kalimat seru dan gunanya adalah :
*Aduh,
untuk menyatakan perasaan sakit dan kagum
Contoh: - Aduh, sakitnya tangaanku!
- Aduh, besarnya
rumahmu!
*Aduhai
untuk menyatakan perasaan sedih
Contoh:
- Aduhai, sungguh malang nasibku!
· Ah untuk menyatakan tidak setuju atau
menolak sesuatu
Contoh
: - Ah, saya tetap tidak mengaku bersalah!
- Ah, alasan itu tidak dapat
kuterima!
*Amboi/wah
untuk menyatakn perasaan heran atau kagum
Contoh
: - Amboi, cantik sekali gadis itu!
- Wah, indah sekali pemandangan
itu!
*Cis/cih
untuk menyatakan perasaan marah dan benci
Contoh
: - Cis, berani dia menentang aku!
- Cih, mereka tidak kenal siapa
aku!
*Eh
untuk menyatakan perasaan terkejut atau heran
Contoh:
- Eh, kamu sudah sampai !
- Eh, tadi dia ada disini!
4. Kalimat Berdasarkan Unsur Kalimat
Kalimat
yang dilihat dari unsur kalimatnya dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Kalimat lengkap
adalah
kalimat yang setidaknya masih memiliki sebuah subjek dan sebuah predikat.
Contoh
:
-Presiden
SBY membeli buku gambar
S P O
-
Si Jarwo Pergi
S P
b. Kalimat
tak lengkap
adalah
kalimat yang tidak sempurna. Kalimat dengan bentuk tidak sempurna kadang hanya
berupa sebuah subjek saja, atau sebuah predikat, bahkan ada yang hanya berupa
objeknya saja atau keterangannya saja. Kalimat tidak lengkap ini sering dipakai
untuk kalimat semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan,
larangan, sapaan, dan kekaguman.
Contoh
:
-
Jangan dilempar!
-
Astaga, indahnya!
-
Silakan Masuk!
-
Kapan menikah?
5. Kalimat Berdasarkan Susunan Pola Subjek-Predikat
Kalimat
yang dilihat dari struktur Subjek & Predikatnya dapat dibagi menjadi 2
jenis, yaitu:
Kalimat Versi
Kalimat
versi adalah kata predikat yang mendahului kata subjek. Kalimat versi biasanya
dipakai untuk penekanan atau ketegasan makna. Kata yang pertama kali muncul
pada kalimat versi merupakan tolak ukur yang akan mempengaruhi makna kalimat,
bahkan kata itu pula yang akan menimbulkan suatu kesan pada pendengarnya.
Contoh:
-
Bawa buku itu kemari!
P S
-
Ambilkan koran di atas kursi itu!
P S
- Sepakat kami untuk berkumpul di taman kota.
S P K
Kalimat Inversi
Kalimat
inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan
pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
- Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan
yang lalu.
S P O K
- Aku dan dia bertemu di cafe ini.
S P K
6. Berdasarkan Bentuk Gaya
Penyajiannya (Retorikanya)
Kalimat Yang Melepas
Kalimat
yang melepas akan terwujud jika kalimat tersebut diawali oleh unsur utama
(induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur anak
kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak
kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Contoh:
- Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jikasaya lulus ujian sarjana.
Induk kalimat/kalimat utama anak kalimat
-
Saya akan diizinkan pergi dengan teman-teman
jika saya selesai mengerjakan PR.
Induk kalimat/kalimat utama anak
kalimat
Kalimat yang Klimaks
Kalimat
klimaks akan terwujud jika kalimat tersebut diawali oleh anak kalimat dan
diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya membaca
anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang
ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini terasa
berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.
Contoh:
- Karena pola makan yang tidak teratur,
penyakit Maagnya sering kambuh
. anak kalimat induk
kalimat/kalimat utama
Kalimat Yang Berimbang
Kalimat
yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran bentuk dan
informasinya.
Contoh:
- Bursa saham tampaknya semakin bergairah,
investor asing dan domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
- Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat
dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat dengan leluasa.
-
Harga pangan saat ini makin melonjak, pedagang dan konsumen mempermasalahkan
harga yang semakin naik.
7. Kalimat Berdasarkan Subjeknya
Berdasarkan
subjeknya kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a) Kalimat Aktif adalah kalimat yang
subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki
predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat
berupa kata kerja aus (kata kerja yang
tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya pergi, tidur, mandi, dll (kecuali makan dan minum).
Contoh:
-
Imbuhan "me-"
Koki
itu membuat menu baru untuk restorannya.
-
Imbuhan "ber-"
Kami
bermain di taman.
Kalimat aktif dapat dibedakan lagi
menjadi 2, yaitu:
Kalimat Aktif Transitif
adalah
kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap dan mempunyai tiga unsur wajib,
yakni subjek, predikat, dan objek. Predikatnya biasanya berawalam “me-“ dan selalu
dapat dirubah kedalam bentuk kalimat pasif yang predikatnya berawalan “di-“.
Contoh:
Kami
membuat kue. (kalimat aktif) dapat dirubah menjadi
Kue
dibuat oleh kami. (kalimat pasif).
Kalimat Aktif Intransitif
adalah
kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap dan mempunyai tiga unsur wajib,
yakni subjek, predikat, dan objek. Predikat pada kalimat ini biasanya berawalan
“ber-“. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:
-
Kami berjaga diluar rumah.
-
Andi berteriak dari dalam kamar mandi.
Kalimat
Semi Transitif
adalah
jenis kalimat yang tidak dapat dirubah kedalam bentuk pasif, hal itu
dikarenakan adanya unsur pelengkap bukannya objek. Ciri-cirinya berupa adanya
subjek,predikat,pelengkap,dan tanpa atau dengan keterangan.
Contoh:
-
Tata tertib ini berdasarkan keputusan bersama.
S P Pel
-
Dia menjadi ketua kelas.
S
P Pel
b) Kalimat Pasif
adalah
kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat bentuk ini
memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan “di-“ dan “ter-“ dan diikuti
kata depan “oleh”. Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu:
· Kalimat Pasif Biasa adalah kalimat
pasif yang terdapat di kalimat aktif transitif. Untuk predikatnya sendiri
selalu berawalan dengan imbuhan “di-“, “ter-“ dan “ke-an”.
Contoh:
-
Sampah dibuang Rina.
-
Barang itu dijual paman.
· Kalimat Pasif Zero adalah kalimat yang
unsur objek pelaku berdekatan dengan unsur objek penderita tanpa ada sisipan
dari kata yang lain. Ciri lainnya ialah unsur predikat berakhiran “-kan”
sehingga membuat awalan “di-“ menghilang dari predikat. Predikat juga bisa
menggunakan kata dasar yang bersifat kata kerja, kecuali kata kerja
"aus" (kata kerja yang tidak bisa menggunakan awalan “me-“ dan
“ber-“).
Contoh:
-
akan saya sampaikan pesanmu.
-
Saya berikan bukuku.
Cara
mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :
1. Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek
pada kalimat pasif.
2. Awalan me- diganti dengan di-.
3. Tambahkan kata oleh di belakang predikat.
Contoh
: Bapak
memancing ikan. (aktif)
. Ikan dipancing oleh bapak. (pasif)
4. Jika subjek kalimat akrif berupa kata ganti
maka awalan me- pada predikat dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan.
Contoh
: Aku harus memngerjakan PR. (aktif)
. PR harus kukerjakan. (pasif)
8. Kalimat Mayor dan Minor
a) Kalimat mayor adalah kalimat yang
sekurang-kurangnya mengandung dua unsur pusat (inti). Kalimat mayor klausanya
minimal harus terdiri atas subjek dan predikat.
misalnya :
-
Saya mengantuk.
-
Presiden berkunjung ke Australia.
-
Susilo pergi
b) Kalimat minor adalah kalimat yang mengandung
satu unsur pusat (inti). Kalimat minor hanya dibentuk oleh subjek atau predika
atau objek bahkan keterangan saja. Meskipun hanya dibentuk dengan satu kata,
kalimat minor dapat dipaham pesannya karena sudah diketahui konteksnya
(kalimat,situasi,topic yang dibicarakan). Kalimat dapat berupa kalimat
jawaban-jawaban singkat,seruan, pertanyaan, salam, dan sapaan.
Contoh
:
-
pergi!
-
mana?
-
hai!
-diam!
9.Kalimat Efektif
Kalimat yang benar yang jelas sehingga apa yang ingin disampaikan dapat dipahami pembaca.
Ciri-ciri kalimat:
- Kesepadanan;
- Kesejajaran;
- Ketegasan;
- Kehematan;
- Kecermatan;
- Kepaduan;
- Kelogisan.
1) Kesepadanan : keseimbangan antara gagasan dan struktur bahasa yang dipakai.
Kesepadanan dicirikan dengan
- Kalimat harus jelas Subjek dan Predikatnya. Kalimat menjadi tidak efektif karena di depan subjek ada kata depan.
- Tidak boleh ada subjek ganda.
- Kata penghubung intra kalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
- Predikatnya tidak didahului kata yang.
Contoh kalimat yang tidak sepadan.
1) Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah (salah)
2) Soal itu saya kurang jelas (salah)
3) Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.(salah)
4) Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.(salah)
2. Kesejajaran/ keparalelan
Penggunaan bentuk-bentuk yang sama pada kata-kata yang berpararel.
contoh:
a. Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen, kerusakan barang, busuknya makanan, dan jika hewan yang diletakkan di dalam bagasi tiba-tiba mati.
b. Harga minyak tanah dibekukan atau kenaikan secara wajar.
c. Penyelesaian pembangunan gedung itu menitikberatkan pada merenovasi ruang, penataan taman, dan pemasangan lampu-lampu.
3. Ketegasan / penekanan: suatu perlakuan penonjolan ide pokok kalimat.
Ketegasan dapat dilakukan dengan
- Mengubah posisi dalam kalimat.
- Membuat urutan kata secara bertahap.
- Melakukan pengulangan kata / repetisi.
- Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
- Menggunakan partikel penekan.
Contoh dari ketegasan.
1) *Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
*Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negaranya dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
- Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta telah disumbangkannya kepada anak-anak terlantar.
- Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
- Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
- Saudaralah yang bertanggung jawab.
4. Kehematan
Kehematan kata dapat dilakukan dengan
a. Hindari pengulangan subjek
contoh :
1) Jika penumpang berbeda namanya dengan tiket,
penumpang batal berangkat.
2) Dia diangkat menjadi direktur karena dia seorang yang tekun dan rajin.
b. Hindari pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
contoh :
Pada hari Kamis tanggal 20 Maret 2008 Direktur PT Pelangi Utama yang berbendera warna merah, kuning, dan hijau meresmikan berdirinya perusahaan yang memproduksi lampu neon.
c. Hindari dua kata yang bersinonim dipakai dalam sebuah kalimat.
Contoh:
Menurut hasil penelitian seputar mana-jemen waktu mengemukakan bahwa menerima panggilan telepon saat mengendarai mobil adalah merupakan gangguan yang dapat membuyarkan konsentrasi sehingga dengan demikian akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.
5. Kecermatan : kalimat tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat pada pilihan kata.
Contoh:
- Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiahh.
- Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
- Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
6. Kepaduan/koherensi : Pernyataan dalam kalimat dibuat sepadu mungkin sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.
Kepaduan dapat dilakukan dengan
- Kalimat yang dibangun tidak bertele-tele.
- Kalimat mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib.
- Tidak menyisipkan kata daripada atau tentang diantara predikat kata kerja dan objek.
7. Kelogisan: Ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Contoh
- Waktu dan tempat kami persilakan.
- Untuk mempersingkat waktu, kita lanjutkan acara ini.
- Mayat wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah tersebut.
KESIMPULAN
Dari
uraian-uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Kalimat adalah satuan bahasa yang
mengandung pikiran lengkap. Sebuah kalimat paling kurang mengandung subjek dan
predikat.
2. Kalimat memiliki unsur penyusun kalimat,
yaitu Subjek,Predikat,objek,dan Predikat (SPOK).
3. Pola dasar kalimat adalah :
1. KB + KK
2. KB + KS
3. KB + KBil
4. KB + (KD + KB)
5. KB1 + KK + KB2
6. KB1 + KK + KB2 + KB3
7. KB1 + KB2
4.
Jenis-jenis Kalimat :
1. Kalimat berdasarkan
pengucapan
2. Kalimat berdasarkan jumlah
frasa (struktur gramatikalnya)
3. Kalimat berdasarkan isi atau
fungsinya
4. Kalimat berdasarkan unsur
kalimat
5. Kalimat Berdasarkan Susunan Pola Subjek-Predikat
6. Kalimat berdasarkan bentuk
gaya penyajiannya(retorikanya)
7. Kalimat berdasarkan subjeknya
8. Kalimat Mayor dan Minor
9. Kalimat Efektif
Referensi:
Referensi:
http://indomaterikuliah.blogspot.co.id/2014/12/kalimat-pengertian-dan-jenis-jenisnya.html
http://indomaterikuliah.blogspot.co.id/2014/12/kalimat-pengertian-dan-jenis-jenisnya.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar