Minggu, 22 November 2015

Topik , Tema dan Judul

A.Topik

1. Pengertian Topik

Secara etimologis, kata “topik” berasal dari kata bahasa Yunani, topoi yang berarti “tempat”. Ini berarti topik merupakan sesuatu yang sudah ditentukan dan dibatasi. Topik berarti pokok pembicaraan atau pokok permasalahan. Topik karangan adalah suatu hal yang digarap menjadi karangan. Topik merupakan jawaban atas pertanyaan Masalah apa yang akan ditulis? atau Hendak menulis tentang apa?
Jika seseorang akan mengarang, ia terlebih dahulu harus memilih dan menetapkan topik karangannya. Ciri khas topik terletak pada permasalahannya yang berifat umum dan belum terurai berbeda dengan topik, adapun judul karangan pada umumnya adalah rincian dan penjabaran dari topik. Jika dibandingkan dengan topik, judul lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui persamaan dan perbedaan antara topik dan judul. Topik dapat menjadi judul karangan.namun, antara keduanya terdapat perbedaaan, topik adalah payung besar yang bersifat umum dan belum menggambarkan sudut pandang penulisnya. Sedangkan judul lebih spesifik dan telah mengandung permasalahan yang lebih jelas atau lebih terarah.
Dalam penggarapan karangan ilmiah misalnya skripsi, judul memang ditetapkan pada awal proses penulisan, yaitu pada waktu pengajuan outline. Namun, perlu diketahui bahwa proses pembuatan judul itu sebenarnya tetap berawal dari pemiihan topik. Pada jelnis karangna lain pada artikel sederhana, judul dapat dibuat sesudah karangan selesai, serta dapat diganti - ganti sepanjang hal itu relevan dengan isi karangan dan sesuai dengan topik yang ditentukan.

2. Sumber Topik

Tak jarang seorang openulis bingung saat menentukan hendak menulis apa, rasanya semua menarik dan banyak yang sudah ditulis orang sebenarnya banyak hal yang dapat dijadikan topik tulisan. Untuk membantu menentukan topik, seperti yang disampaikan Wayne N. Thompson dalam Rakhmat (1999:20), seorang penulis daat menemukan sumber topik dengan cara sebagai berikut.

1. Pengalaman Pribadi
a. Perjalanan
b. Tempat yang pernah dikunjungi
c. Kelompok Anda
d. Wawancara dengan tokoh
e. Kejadian luar biasa
f. Peristiwa lucu
2. Hobi dan Keterampilan
a. Cara melakukan sesuatu
b. Cara kerja sesuatu
3. Pengalaman Pekerjaan atau Profesi
a. Pekerjaan tambahan
b. Profesi keluarga
4. Pelajaran Sekolah/Kuliah
a. Hasil-hasil penelitian
b. Hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut
5. Pendapat pribadi
a. Kritik terhadap buku, film, puisi, pidato, iklan, siaran radio /televisi
b. Hasil pengamatan pribadi
6. Peristiwa Hangat dan Pembicaraan publik
a. Berita halaman muka surat kabar
b. Topik tajuk rencana
c. Artikel
d. Materi kuliah
e. Penemuan mutakhir
7. Masalah Abadi
a. Agama
b. Pendidikan
c. Sosial danmasyarakat
d. Problem pribadi

8. Kilasan Biografi
a. Orang-orang terkenal
b. Orang-orang berjasa

9. Kejadian khusus
a. Perayaan atau peringatan
b. Peristiwa yang eratkaitannya dengan perayaan

10. Minat Khalayak
a. Pekerjaan
b. Hobi
c. Rumah tangga
d. Pengembangan diri
e. Kesehatan dan penampilan
f. Tambahan ilmu
g. Minat khusus

3. Pembatasan Topik

Topik adalah segala yang ingin dibahas. Ini berarti, penulis sudah memilih apa yang akan menjadi pokok pembicaraan dalam tulisan tersebut. Menurut Sabarti Akhadiah (1994: 211), ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam memilih topik:
1. ada manfaatnya untuk perkembangan ilmu atau profesi
2. cukup menarik untuk dibahas
3. dikenal dengan baik
4. bahannya mudah diperoleh
5. tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit
Keraf (1979: 113) merumuskan kiat pembatasan topik adalah dengan langkah sebagai berikut: Pertama, tetapkan topik yang ingin dibahas dalam suatu kedudukan sentral. Kedua, ajukanlah pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan sentral itu masih dapat diperinci lebih lanjut atau tidak. Bila dapat, tempatkanlah perincian itu di sekitar lingkaran topik pertama tadi. Ketiga, tetapkanlah yang mana dari perincian tadi yang akan dipilih. Keempat, ajukanlah pertanyaan apakah sektor tadi masih perlu diperinci lebih lanjut atau tidak. Demikian dilakukan berulang sampai diperoleh topik yang sangat khusus.

4. Kriteria Topik yang Baik

Tahap ini tentu saja sudah menentukan topik yang hendak dikembangkan menjadi suatu karangan. Langkah selanjutnya, pertimbangkanlah apakah topik tersebut menarik untuk dijadikan tulisan dan apakah mampu untuk menuliskannya sebagai sebuah karangan? Untuk menentukan topik yang baik, hal-hal berikut ini dapat dijadikan tolok ukurnya.
1. Topik harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan penulisnya. Pastikan bahwa topik yang hendak dibahas benar – benar sudah dikuasai materinya.
2. Topik harus sesuai dengan minat Anda. Topik yang menarik minat Anda akan membuat Anda lancar menuliskannya.Selain itu, jika Anda tertarik untuk menuliskannya tentu akan membuat Anda bersemangat mencari referensinya.
3. Topik harus menarik minat pembaca. Percuma saja menulis sesuatu yang kira-kira tidak membuat orang tertarik untuk membacanya. Meskipun minat baca seseorang tentulah berkaitan dengan latar belakang pengetahuannya. Akan tetapi, jika Anda menulis sesuatu yang baru, eksotik, menyodorkan alternatif lain, menimbulkan rasa ingin tahu, membuat seseorang terlibat emosional, dan hal yang eksotik ini akan menarik orang untuk membacanya.
4. Topik harus dapat ditunjang dengan referensi lain. Suatu topik yang belum ada sama sekali rujukan (referensi) atau materi lain yang menunjang akan sangat merepotkan Anda sendiri, Untuk itu, sedapat mungkin hindarilah dahulu topik seperti itu.
5. Topik harus dibatasi ruang lingkupnya. Topik yang terlalu luas akan menyulitkan Anda sendiri dan akan menyita banyak waktu Anda. Lagi pula pembicaraan Anda tidak akan terfokus. Hal ini akan membuat tulisan Anda terlihat bertele-tele.
Topik yang dipilih sebaiknya:
a.       Tidak terlalu baru.
Topik yang terlalu baru memang menarik untuk ditulis, akan tetapi seringkali penulis mengalami hambatan dalam memperoleh data kepustakaan yang akan dipakai sebagai landasan atau penunjang. Data kepustakaan yang diperoleh mungkin terbatas pada berita dalam surat kabar atau majalah populer.
b.      Tidak terlalu teknis
Karangan yang terlalu teknis kurang dapat menonjolkan segi ilmiah. Tulisan semacam ini biasanya bersifat sebagai petunjuk tentang bagaimana tata cara melakukan sesuatu, tanpa mengupas teori-teori yang ada.
c.       Tidak terlalu kontroversial.
Suatu tulisan yang mempunyai topik kontroversial menguraikan hal-hal diluar hal yang menjadi pendapat umum. Tulisan semacam ini sering menimbulkan permasalahan bagi penulisnya.

5. Cara Membuat Topik

Sebelum mengangkat sesuatu menjadi topik dalam tulisan, pengarang harus benar-benar mengetahui pokok persoalannya. Agar pembicaraan pengarang tidak melantur, hendaknya topik dipersempit sesuai dengan rencana. Dengan itu, akan diperoleh salah satu aspek untuk diangkat menjadi pokok pembahasan karangan. Contoh berikut ini adalah cara untuk mempersempit topik supaya lebih spesifik dari topik sebelumnya.
a. Menurut tempat: negara tertentu lebih khusus dari pada dunia; Jakarta lebih terbatas dari pada Pulau Jawa.Topik “Pulau Jawa sebelum Indonesia Merdeka” dapat dipersempit menjadi “Jakarta sebelum Indonesia Merdeka”.
b. Menurut waktu/periode/zaman: “Kebudayaan Indonesia” dapat dikhususkan menjadi “Seni Patung pada Zaman Kerajaan Hindu”.
c. Menurut hubungan sebab akibat : “Dekadensi Moral di Kalangan Muda-Mudi” dapat dipersempit menjadi “Pokok Pangkal Timbulnya Krisis Moral di Kalangan Muda-Mudi”
d. Menurut pembagian bidang kehidupan manusia: politik, sosial, ekonomi, kebudayaan, agama, kesenian, ... dan sebagainya.
Karangan tentnag “Usaha-usaha Pemerintah dalam bidang Ekonomi dapat diperkhusus menjadi “Kebijaksanaan Deregulasi di Bidang Ekonomi Selama Ganti”.
e. Menurut aspek khusus umum: idividual-kolektif: “Pengaruh Siaran televisi terhadap Kaum Tanidi Jawa Timur” dapat dipersempit menjadi “Pengaruh Siaran Televisi Boyolali.
f. Menurut objek material dan objek formal. Objek material ialah bahan yang dibicarakan; objek formal ialah sudut dari mana bahan itu kita tinjau, misalnya: “Kesusastraan Indonesia (objek material) Ditinjau dari Sudut Gaya Bahasanya (objek formal). Kepemimpinan Ditinjau dari Sudut Pembentukan Kader-kader Baru; Keluarga Berencana ditinjau dari Segi Agama.

6. Tujuan Penulisan
Setelah menemukan topik, langkah selanjutnya menentukan tujuan penulisan. Maksudnya, apa yang ingin dicapai dengan menulis topik karangan terntentu.
Pada dasarnya tujuan penulisan dapat dikelompokkan atas tujuan umum dan tujuan khusus (Rakhmat 1999:24). Tujuan umum bersifat informatif. Adapun tujuan khusus adalah tujuan yang dijabarkan dari tujuan umum. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.
Topik :
Pentingnya Menjaga Perdamaian
Judul :
Damai itu Indah
Tujuan umum :
Argumentasi
Tujuan khusus :
a. Memberi keyakinan pada pembaca bahwa damai memberi ketenangan dan kenyamanan dalam kehidupan kita.
b. Memberi keyakinan pada pembaca bahwa damai membuat kehidupan menjadi lebih indah.
c. Mengajak pembaca untuk selalu menjaga perdamaian.

B.Tema

1.Pengertian

Menurut arti katanya, tema berarti “Sesuatu yang telah diuraikan” atau “sesuatu yang telah ditempatkan.” Kata ini berasal dari kata Yunani “tithenai” yang berarti “menempatkan” atau “meletakkan.” Pengertian tema dapat dibatasi sebagai: “Suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang akan dicapai melalui topik”
Tema ialah topik yang sudah dibatasi, diarahkan, khusus/spesifik, dan sudah mengandung tujuan. Jika tema sudah diungkapkan secara padat, menarik, mencerminkan seluruh isi tulisan, dan lugas, maka tema tersebut dapat langsung  dijadikan judul karangan ilmiah.
Tema mempunyai dua pengertian yaitu:
1.    Suatu pesan utama yang disampaikan oleh penulis melalui tulisannya.
2.    Suatu perumusan dari topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan dan tujuan yang ingin dicapai.
Sebuah tulisan dikatakan baik apabila tema dikembangkan secara terinci dan jelas. Adanya gagasan sentral, rincian yang teratur dan susunan kalimat yang jelas akan menghasilkan karangan yang menarik dan enak dibaca. Disamping itu, seorang penulis juga harus menampilkan  keaslian tulisannya.  Keaslian tersebut dapat dilihat dari beberapa hal, misalnya:
1.    Pokok permasalahan;
2.    sudut pandang;
3.    cara pendekatan; atau
4.    gaya bahasa dan tulisannya.

Contoh:
Topik: Produksi Batu Bara
Tema: Usaha peningkatan produksi batu bara di Umbilin dengan menggunakan 
          alat-alat  yang modern dan sistem kerja yang efisien
Judul: Upaya Peningkatan Produksi Batu Bara di Umbilin dengan Modernisasi 
          dan Efisiensi.
(Sesudah menentukan topik dan tema, sebaiknya kita merumuskan tujuan penulisan).
C. Judul

1.Pengertian Judul

Apabila topik dan tema sudah ditentukan, maka selanjutnya penulis merumuskan judul karya tulisnya. Judul yang dirumuskan sifatnya tentatif, karena selama proses penulisan ada kemungkinan judul berubah. Perumusan judul penelitian tidak jarang dianggap sebagai sesuatu hal yang remeh. Hal itu mungkin disebabkan oleh karena bagi beberapa pihak masalah tersebut merupakan pekerjaan yang agak sulit untuk dilaksanakan. Sebenarnya perumusan suatu judul penelitian sedikit banyaknya tergantung pada berhasil atau tidaknya seorang peneliti untuk mengabstraksikan masalah yang ingin ditelitinya.Menurut Fisher, “masalah” diartikan sebagai:
1.      suatu kesulitan yang dirasakan oleh seseorang, atau
2.      suatu perasaan yang tidak menyenangkan seseorang atas fenomena yang ada atau terjadi
3.      suatu ketidaksesuaian atau penyimpangan yang dirasakan atas “apa yang seharusnya” dan “apa yang akan terjadi”.

Jadi Judul adalah nama (title) yang melukiskan dengan singkat apa yang menjadi inti karangan itu. Judul hendaklah menarik, tetapi tidak pula terlalu provokatif, ringkas, tetapi cukup menggambarkan keseluruhan isi karangan.

2.Faktor-faktor merumuskan judul

Apabila Topik dan Tema sudah ditentukan, penulis kemudian merumuskan judul karya tulisnya. Judul yang dituliskan sifatnya tentatif, karena selama proses penulisan ada kemungkinan judul berubah. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam merumuskan judul adalah sebagai berikut:
1.    Judul hendaknya relevan dengan tema dan bagian-bagian dari tulisan tersebut.
2.    Judul menimbulkan rasa ingin tahu seorang lain untuk membaca tulisan ini (bersifat provokatif)
3.    Judul tidak mempergunakan kalimat yang tidak terlalu panjang, jika judul terlalu panjang, dapat dibuat judul utama dan judul tambahan (sub judul)
4.    Judul harus memiliki independent variable (variable bebas) dan dependent variable (variable terikat)
Jadi kalau hendak merumuskan suatu judul penelitian, maka sebaiknya judul tersebut:
1.      menggambarkan secara sederhana masalah yang akan diteliti, artinya judul tersebut merupakan suatu refleksi daripada masalah yang akan diteliti.
2.      judul penelitian sebaiknya dirumuskan secara singkat dan jelas.
3.      perlu diperhatikan penggunaan gaya bahasa yang baik serta pemakaian bahasa yang didasarkan pada dasar-dasar gramatika yang baik pula.
4.      tidak perlu dipergunakan kata-kata, istilah-istilah ataupun ungkapan-ungkapan yang mengandung kiasan-kiasan.

3.Kriteria pemilihan judul

a.  judul harus sesuai dengan topiknya
b.  judul harus mampu menggambarkan seluruh isi karangan
c.  judul sebaiknya memiliki minimal dua variabel yang saling
menunjang, mengarahkan, dan berkaitan
d.  judul harus menarik, singkat, dan padat
e.  judul harus jelas tidak boleh bermakna ganda
f.  judul diungkapkan dalam bentuk frasa bukan kalimat

Referensi:




Jumat, 13 November 2015

Karangan (Outline)



1.Pengertian 

a.Outline
Pengertian Outline menurut bahasa adalah : kerangka, regangan, garis besar, atau guratan. Jadi Outline merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.

b.Karangan
Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

c.Pengertian Kerangka Karangan
Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan. Kerangka karangan yang belum final di sebut outline sementara sedangkan kerangka karangan yang sudah tersusun rapi dan lengkap di sebut outline final.
Kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas,susunan sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan, atau dapat juga didefinisikan sebagai satu metode dalam pembuatan karangan yang mana topiknya dipecah kedalam sub - sub topik dan mungkin dipecah lagi kedalam sub - sub topik yang lebih terperinci.

2.Manfaat Outline ( Kerangka Karangan )
Outline atau kerangka karangan dapat membantu penulis dalam hal-hal berikut:

a. Untuk menyusun karangan secara teratur.
Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat wujud gagasan- gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan- gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.

Dengan kata lain, apakah tesis atau pengungkapan maksud sudah diperinci secara maksimal dan urutannya sudah disusun dalam pola teratur atau tidak. Demikian seterusnya, apakah setiap gagasan bawahan sudah diperinci pula secara maksimal dan telah diurutkan pula dengan baik.

b. Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda- beda.
Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda. kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai kilrnaks tersendiri dalam bagiannya.
Supaya pembaca dapat terpikat secara terus-menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagian- bagian harus diatur pula sedemikian sehingga iercipta klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.

c. Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih.
Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai dengan kebutuhan tiap bagian, dan karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak perlu. Karena hal itu hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan misalnya: bila penulis tidak sadar betul maka pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu lain, sedangkan pada bagian kemudian bertentangan dengan terdahulu.

Hal ini tidak dapat diterima, bahwa dalam satu karangan yang ssama terdapat pendapat yang bertentangan satu sama lain. Di pihak lain menggarap suatu topik lebih dan satu kali hanya membuangwaktu, tenagadan materi. Kalau memang tidak dapat dihindari maka penuiis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi harus diuraikan, sedangkan bagian yang lain cukup dengan menunjuk kembali kepada bagian yang fain tadi (lihat selanjutnya Catatan Kaki).

d. Memudahkan penulis untuk mencari materi pemhantu.
Dengan mernpergunakan perincian-perincian dalam kerangka karangan penuiis dengan mudah akan mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta-fakta yang telah dikumpulkan akan dipergunakan untuk bagian-bagian mana dari karangannya itu.

Bila seorang pembaca kelak menghadapi karangan yang telah sjap, ia dapat menyusutkannya kembaii kepada kerangka karangan yang hakikatnya sama dengan apa yang te!ah dibuai pengarangnya. Dengan penyusutan ini pembaca akan melihat wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu.

Kerangka karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianaiisa, dan dipertimbangkan secara menyeluruh, bukan secara terlepas- lepas. Dengan demikian: tesis/pengungkapan maksud = kerangka karangan = karangan -ringkasan.

3.Penyusunan Kerangka Karangan

Suatu kerangka karangan yang baik tidak sekali dibuat. Penulis selalu akan berusaha menyempurnakan bentuk yang pertama, sehingga bisa diperoleh bentuk yang lebih baik, demikian seterusnya. Untuk itu dapatdikemukakan beberapa langkah yang perlu diikuti, terutama bagi mereka yang baru mulai manulis.

Langkah-langkah ini tidak mutlak harus diikuti oleh penulis-penulis yang sudah mahir. Seorang penulis yang sudah biasa dengan tulisan-tulisan yang kompleks, akan dengan mudah menyusun suatu kerangka karangan yang baik. Namun sebelum seorang penulis baru mahir menyusun sebuah karangan ia memerlukan beberaoa tuntunan.
Langkah-langkah sebagai tuntunan yang harus diikuti adalah sebagai berikut:

  •  Rumuskan tema yang jelas berdasarkan suatu topik dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi. Tema yang dirumuskan untuk kepentingan suatu kerangka karangan haruslah berbentuk tesis atau pengungkapan maksud.
  •    Langkah yang kedua adalah mengadakan inventarisasi topik-topik bawahan yang dianggap merupakan perincian dari tesis atau pengungkapan maksud tadi. Dalam hal ini penulis boleh mencatat sebanyak-banyaknya topik-topik yang terlintas dalam pikirannya, dengan tidak perlu langsung mengadakan evaluasi terhadap topik-topik tadi.
  •  Langkah yang ketiga adalah penulis berusaha mengadakan evaluasi semua topik yang telah tercatat pada langkah kedua di atas. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut:


·   Pertama: Apakah. semua topik yang tercatat mempunyai pertalian (relevansi) langsung dengan tesis atau pengungkapan maksud. Bila ternyata sama sekali tidak ada hubungan maka topik tersebut dicoret dari daftar di atas.

·  Kedua : Semua topik yang masih dipertahankan ke- mudian dievaluasi lebih lanjut. Apakah ada dua topik atau lebih yang se- benarnya merupakan hal yang sama, hanya dirumuskan dengan cara yang berlainan. Bila ternyata terdapat kasus yang semacam itu, maka harus diadakan perumusan bam yang mencakup semua topik tadi.

·  Ketiga : Evaluasi lebih lanjut ditujukan kepada persoalan: apakah semua topik itu sama derajatnya, atau ada topik yang sebenamya merupakan bawah- an atau perincian dari topik yang lain. Bila ada masukkanlah topik bawahan itu ke dalam topik yang dianggap lebih tinggi kedudukannya. Bila topik bawahan itu hanya ada satu usahakan dilengkapi dengan topik-topik bawahan yang lain.

·  Ke empat : Ada kemungkinan bahwa ada dua topik atau lebih yang kedudukannya sederajat, tetapi lebih rendah dari topik-topik yang lain. Bila terdapat hal yang demikian, maka usahakanlah untuk mencari satu topik yang lebih tinggi yang akan membawahi topik-topik tadi.

    Untuk mendapatkan sebuah kerangka karangan yang sangat terperinci maka langkah kedua dan ketiga dikerjakan berulang-ulang untuk menyusun topik-topik yang lebih rendah tingkatannya.

  • Langkah yang terakhir, yaitu menentukan sebuah pola susunan yang paling cocok untuk mengurutkan semua perincian dari tesis atau pengungkapan maksud sebagai yang telah diperoleh dengan mempergunakan semua langkah di atas.

    Dengan pola susunan tersebut semua perincian akan disusun kembali sehingga akan diperoleh sebuah kerangka karangan yang baik.

Secara garis besar, pola kerangka karangan dibagi menjadi dua yaitu pola alamiah dan pola logis, berikut akan di jelaskan secara singkat pola susunan kerangka karangan.

1. Pola Alamiah
Merupakan suatu urutan unit – unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Disebut pola alamiah karena memakai pendekatan berdasarkan faktor alamiah yang esensial. Pola alamiah mengikuti keadaan alam yang berdimensi ruang dan waktu.
Pola alamiah dapat terbagi menjadi 3 yaitu :

a. Kronologis ( waktu )
Urutan yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap – tahap kejadian. Biasanya tulisan seperti ini kurang menarik minat pembaca.
Contohnya : Topik ( riwayat hidup seorang penulis )
  • asal usul penulis
  • pendidikan si penulis
  • kondisi kehidupan penulis
  • keinginan penulis
  • karir penulis
b. Spasial ( ruang )
Landasan yang paling penting, bila topik yang di uraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat . Urutan ini biasanya di gunakan dalam tulisan – tulisan yang bersifat deskriptif .
contohnya : Topik ( hutan yang sering mengalami kebakaran )
  • Di daerah Kalimantan
  • Di daerah Sulawesi
  • Di daerah Sumatra

c. Topik yang ada
Suatu pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada . Suatu peristiwa sudah di kenal dengan bagian – bagian tertentu . Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian – bagian itu harus di jelaskan berturut – turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian – bagiannya itu.

2. Pola Logis
Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi setiap persoalan, mampu di tuang dalam suatu susunan atau urutan logis . Urutan logis sama sekali tidak ada hubungan dengan suatu ciri yang intern dalam materinya, tetapi erat dengan tanggapan penulis.
Dinamakan pola logis karena memakai pendekatan berdasarkan jalan pikir atau cara pikir manusia yang selalu mengamati sesuatu berdasarkan logika.
Pola logis dapat dibagi menjadi 6, yaitu :

a. Klimaks dan Antiklimaks
Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol.
Contoh : Topik ( turunnya Suharto )
  • Keresahan masyarakat
  • Merajalela nya praktek KKN
  • Keresahan masyarakat
  • Kerusuhan social
  • Tuntutan reformasi menggema

b. Kausal
Mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke sebab . Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan dengan perincian – perincian yang menelusuri akibat – akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan – persoalan yang di hadapi umat manusia pada umumnya .
contoh : Topik ( krisis moneter melanda tanah air )
  • Tingginya harga bahan pangan
  • Penyebab krisis moneter
  • Dampak terjadi krisis moneter
  • Solusi pemecahan masalah krisis moneter

c. Pemecahan Masalah
Di mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut . Sekurang – kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya alternatif – alternatif untuk jalan keluar dari masalah yang di hadapi tersebut.
Contoh : Topik ( virus flu babi / H1N1 dan upaya penanggulangannya )
  • Apa itu virusH1N1
  • Bahaya virus H1N1
  • Cara penanggulangannya

d. Umum khusus
Dimulai dari pembahasan topik secara menyeluruh ( umum ), lalu di ikuti dengan pembahasan secara terperinci ( khusus ).
Contoh : Topik ( pengaruh internet )

Para pangguna internet :
• Anak – anak
• Remaja
• Dewasa

Manfaat internet :
• Media informasi
• Bisnis
• Jaringan social

e. Familiaritas
Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal, kemudian berangsur – angsur pindah kepada hal – hal yang kurang di kenal atau belum di kenal. Dalam keadaan – keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan mempergunakan analogi.

f. Akseptabilitas
Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau tidak oleh para pembaca

4.Macam-macam Outline ( Kerangka Karangan )

A. Berdasar Sifat Rinciannya:
1) Kerangka Karangan Sementara / Non-formal: cukup terdiri atas dua tingkat, dengan alasan:
a) Topiknya tidak kompleks
b) Akan segera digarap
2) Kerangka Karangan Formal: terdiri atas tiga tingkat, dengan alasan:
a) Topiknya sangat kompleks
b) Topiknya sederhana, tetapi tidak segera digarap
Cara kerjanya:
Rumuskan tema berupa tesis , kemudian pecah-pecah menjadi sub-ordinasi yang dikembangkan untuk menjelaskan gagasan utama. Tiap sub-ordinasi dapat dirinci lebih lanjut. Tesis yang dirinci minimal tiga tingkat sudah dapat disebut Kerangka Karangan Formal.

B. Berdasar Perumusan Teksnya
1) Kerangka Kalimat
2) Kerangka Topik
3) Gabungan antara Kerangka Kalimat dan Kerangka Topik

5.Syarat Kerangka Karangan yang baik

a. Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas.
Pilihlah topik yang merupakan hal yang khas, kemudian tentukan tujuan yang Jelas. Kemudian buatlah tesis atau pengungkapan maksud.

b. Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.
Bila satu unit terdapat lebih dari satu gagasan, maka unit tersebut harus dirinci.

c. Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga rangkaian ide
atau pikiran itu tergambar jelas.

d. Harus menggunakan simbol yang konsisten.
Pada dasarnya untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam mengembangkan karangan.

6.Langkah-langkah menyusun karangan satu per satu:

1. Menentukan tema dan judul
Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan.
Judul adalah kepala karangan. Misalkan tema cakupannya lebih besar dan menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada penjelasan awal (penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis.

2. Mengumpulkan bahan
Bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan, banyak cara mengumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara masing - masing sesuai juga dengan tujuan tulisannya.

3. Menyeleksi bahan
Agar tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan. polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis.

Berikut ini petunjuk - petunjuknya :

1. Catat hal penting semampunya.
2. Jadikan membaca sebagai kebutuhan.
3. Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.
4. Membuat kerangka
Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur.
Kerangka karangan belum tentu sama dengan daftar isi, atau uraian per bab. kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna.
5. Mengembangkan kerangka karangan

Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan terhadap materi yang hendak ditulis. jika benar-benar memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata.

Tahapan dalam menyusun kerangka karangan :
a. Mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah pohon pikiran (diagram yang
menjelaskan gagasan-gagasan yang timbul)
b. Mengatur urutan gagasan.
c. Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab
d. Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap


Kerangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan logis karena bila terdapat ide yang bersilangan, akan mempersulit proses pengembangan karangan. (karangan tidak mengalir)




7.Berikut fungsi kerangka karangan :
a. Memudahkan pengelolaan susunan karangan agar teratur dan sistematis
b. Memudahkan penulis dalam menguraikan setiap permasalahan
c. Membantu menyeleksi materi yang penting maupun yang tidak penting


8.Bentuk kerangka karangan



Referensi: