1.Pengertian
a.Outline
Pengertian
Outline menurut bahasa adalah : kerangka, regangan, garis besar, atau guratan.
Jadi Outline merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari
suatu karangan yang akan digarap dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun
secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.
b.Karangan
Karangan
merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan
dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima
jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi,
eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
c.Pengertian
Kerangka Karangan
Kerangka
karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan.
Kerangka karangan yang belum final di sebut outline sementara sedangkan
kerangka karangan yang sudah tersusun rapi dan lengkap di sebut outline final.
Kerangka
karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu
karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas,susunan sistematis dari
pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok
tulisan, atau dapat juga didefinisikan sebagai satu metode dalam pembuatan
karangan yang mana topiknya dipecah kedalam sub - sub topik dan mungkin dipecah
lagi kedalam sub - sub topik yang lebih terperinci.
2.Manfaat
Outline ( Kerangka Karangan )
Outline
atau kerangka karangan dapat membantu penulis dalam hal-hal berikut:
a.
Untuk menyusun karangan secara teratur.
Kerangka
karangan membantu penulis untuk melihat wujud gagasan- gagasan dalam sekilas
pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan timbal-balik
antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan- gagasan itu sudah
disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya.
Dengan
kata lain, apakah tesis atau pengungkapan maksud sudah diperinci secara
maksimal dan urutannya sudah disusun dalam pola teratur atau tidak. Demikian
seterusnya, apakah setiap gagasan bawahan sudah diperinci pula secara maksimal
dan telah diurutkan pula dengan baik.
b.
Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda- beda.
Setiap
tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai
klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbeda-beda.
kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai kilrnaks
tersendiri dalam bagiannya.
Supaya
pembaca dapat terpikat secara terus-menerus menuju kepada klimaks utama, maka
susunan bagian- bagian harus diatur pula sedemikian sehingga iercipta klimaks
yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca.
c.
Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih.
Ada
kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai dengan
kebutuhan tiap bagian, dan karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai
dua kali atau lebih tidak perlu. Karena hal itu hanya akan membawa efek yang
tidak menguntungkan misalnya: bila penulis tidak sadar betul maka pendapatnya
mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu lain, sedangkan pada bagian
kemudian bertentangan dengan terdahulu.
Hal
ini tidak dapat diterima, bahwa dalam satu karangan yang ssama terdapat
pendapat yang bertentangan satu sama lain. Di pihak lain menggarap suatu topik
lebih dan satu kali hanya membuangwaktu, tenagadan materi. Kalau memang tidak
dapat dihindari maka penuiis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi harus
diuraikan, sedangkan bagian yang lain cukup dengan menunjuk kembali kepada
bagian yang fain tadi (lihat selanjutnya Catatan Kaki).
d.
Memudahkan penulis untuk mencari materi pemhantu.
Dengan
mernpergunakan perincian-perincian dalam kerangka karangan penuiis dengan mudah
akan mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan
pendapatnya. Atau data dan fakta-fakta yang telah dikumpulkan akan dipergunakan
untuk bagian-bagian mana dari karangannya itu.
Bila
seorang pembaca kelak menghadapi karangan yang telah sjap, ia dapat
menyusutkannya kembaii kepada kerangka karangan yang hakikatnya sama dengan apa
yang te!ah dibuai pengarangnya. Dengan penyusutan ini pembaca akan melihat
wujud, gagasan, struktur, serta nilai umum dari karangan itu.
Kerangka
karangan merupakan miniatur atau prototipe dari sebuah karangan. Dalam bentuk
miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, dianaiisa, dan dipertimbangkan
secara menyeluruh, bukan secara terlepas- lepas. Dengan demikian:
tesis/pengungkapan maksud = kerangka karangan = karangan -ringkasan.
3.Penyusunan Kerangka Karangan
Suatu
kerangka karangan yang baik tidak sekali dibuat. Penulis selalu akan berusaha
menyempurnakan bentuk yang pertama, sehingga bisa diperoleh bentuk yang lebih
baik, demikian seterusnya. Untuk itu dapatdikemukakan beberapa langkah yang
perlu diikuti, terutama bagi mereka yang baru mulai manulis.
Langkah-langkah
ini tidak mutlak harus diikuti oleh penulis-penulis yang sudah mahir. Seorang
penulis yang sudah biasa dengan tulisan-tulisan yang kompleks, akan dengan
mudah menyusun suatu kerangka karangan yang baik. Namun sebelum seorang penulis
baru mahir menyusun sebuah karangan ia memerlukan beberaoa tuntunan.
Langkah-langkah
sebagai tuntunan yang harus diikuti adalah sebagai berikut:
- Rumuskan tema yang jelas berdasarkan suatu topik dan tujuan yang akan dicapai melalui topik tadi. Tema yang dirumuskan untuk kepentingan suatu kerangka karangan haruslah berbentuk tesis atau pengungkapan maksud.
- Langkah yang kedua adalah mengadakan inventarisasi topik-topik bawahan yang dianggap merupakan perincian dari tesis atau pengungkapan maksud tadi. Dalam hal ini penulis boleh mencatat sebanyak-banyaknya topik-topik yang terlintas dalam pikirannya, dengan tidak perlu langsung mengadakan evaluasi terhadap topik-topik tadi.
- Langkah yang ketiga adalah penulis berusaha mengadakan evaluasi semua topik yang telah tercatat pada langkah kedua di atas. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut:
· Pertama:
Apakah. semua topik yang tercatat mempunyai pertalian (relevansi) langsung
dengan tesis atau pengungkapan maksud. Bila ternyata sama sekali tidak ada
hubungan maka topik tersebut dicoret dari daftar di atas.
· Kedua
: Semua topik yang masih dipertahankan ke- mudian dievaluasi lebih lanjut.
Apakah ada dua topik atau lebih yang se- benarnya merupakan hal yang sama,
hanya dirumuskan dengan cara yang berlainan. Bila ternyata terdapat kasus yang
semacam itu, maka harus diadakan perumusan bam yang mencakup semua topik tadi.
· Ketiga
: Evaluasi lebih lanjut ditujukan kepada persoalan: apakah semua topik itu sama
derajatnya, atau ada topik yang sebenamya merupakan bawah- an atau perincian
dari topik yang lain. Bila ada masukkanlah topik bawahan itu ke dalam topik
yang dianggap lebih tinggi kedudukannya. Bila topik bawahan itu hanya ada satu
usahakan dilengkapi dengan topik-topik bawahan yang lain.
· Ke
empat : Ada kemungkinan bahwa ada dua topik atau lebih yang kedudukannya sederajat,
tetapi lebih rendah dari topik-topik yang lain. Bila terdapat hal yang
demikian, maka usahakanlah untuk mencari satu topik yang lebih tinggi yang akan
membawahi topik-topik tadi.
Untuk mendapatkan sebuah kerangka karangan
yang sangat terperinci maka langkah kedua dan ketiga dikerjakan berulang-ulang
untuk menyusun topik-topik yang lebih rendah tingkatannya.
- Langkah yang terakhir, yaitu menentukan sebuah pola susunan yang paling cocok untuk mengurutkan semua perincian dari tesis atau pengungkapan maksud sebagai yang telah diperoleh dengan mempergunakan semua langkah di atas.
Dengan pola susunan tersebut semua
perincian akan disusun kembali sehingga akan diperoleh sebuah kerangka karangan
yang baik.
Secara
garis besar, pola kerangka karangan dibagi menjadi dua yaitu pola alamiah dan
pola logis, berikut akan di jelaskan secara singkat pola susunan kerangka
karangan.
1.
Pola Alamiah
Merupakan
suatu urutan unit – unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di
alam. Disebut pola alamiah karena memakai pendekatan berdasarkan faktor alamiah
yang esensial. Pola alamiah mengikuti keadaan alam yang berdimensi ruang dan
waktu.
Pola
alamiah dapat terbagi menjadi 3 yaitu :
a.
Kronologis ( waktu )
Urutan
yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap – tahap kejadian. Biasanya
tulisan seperti ini kurang menarik minat pembaca.
Contohnya
: Topik ( riwayat hidup seorang penulis )
- asal
usul penulis
- pendidikan
si penulis
- kondisi
kehidupan penulis
- keinginan
penulis
- karir
penulis
b.
Spasial ( ruang )
Landasan
yang paling penting, bila topik yang di uraikan mempunyai pertalian yang sangat
erat dengan ruang atau tempat . Urutan ini biasanya di gunakan dalam tulisan –
tulisan yang bersifat deskriptif .
contohnya
: Topik ( hutan yang sering mengalami kebakaran )
- Di
daerah Kalimantan
- Di
daerah Sulawesi
- Di
daerah Sumatra
c.
Topik yang ada
Suatu
pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah urutan
berdasarkan topik yang ada . Suatu peristiwa sudah di kenal dengan bagian –
bagian tertentu . Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak
mau bagian – bagian itu harus di jelaskan berturut – turut dalam karangan itu,
tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi
tanggapan atas bagian – bagiannya itu.
2.
Pola Logis
Tanggapan
yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi setiap
persoalan, mampu di tuang dalam suatu susunan atau urutan logis . Urutan logis
sama sekali tidak ada hubungan dengan suatu ciri yang intern dalam materinya,
tetapi erat dengan tanggapan penulis.
Dinamakan
pola logis karena memakai pendekatan berdasarkan jalan pikir atau cara pikir
manusia yang selalu mengamati sesuatu berdasarkan logika.
Pola
logis dapat dibagi menjadi 6, yaitu :
a.
Klimaks dan Antiklimaks
Urutan
ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu
dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang
paling menonjol.
Contoh
: Topik ( turunnya Suharto )
- Keresahan
masyarakat
- Merajalela
nya praktek KKN
- Keresahan
masyarakat
- Kerusuhan
social
- Tuntutan
reformasi menggema
b.
Kausal
Mencakup
dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke sebab . Pada
pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan
dengan perincian – perincian yang menelusuri akibat – akibat yang mungkin
terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam
membicarakan persoalan – persoalan yang di hadapi umat manusia pada umumnya .
contoh
: Topik ( krisis moneter melanda tanah air )
- Tingginya
harga bahan pangan
- Penyebab
krisis moneter
- Dampak
terjadi krisis moneter
- Solusi
pemecahan masalah krisis moneter
c.
Pemecahan Masalah
Di
mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum
atau pemecahan atas masalah tersebut . Sekurang – kurangnya uraian yang
mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu
deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya alternatif –
alternatif untuk jalan keluar dari masalah yang di hadapi tersebut.
Contoh
: Topik ( virus flu babi / H1N1 dan upaya penanggulangannya )
- Apa
itu virusH1N1
- Bahaya
virus H1N1
- Cara
penanggulangannya
d.
Umum khusus
Dimulai
dari pembahasan topik secara menyeluruh ( umum ), lalu di ikuti dengan
pembahasan secara terperinci ( khusus ).
Contoh
: Topik ( pengaruh internet )
Para
pangguna internet :
•
Anak – anak
•
Remaja
•
Dewasa
Manfaat
internet :
•
Media informasi
•
Bisnis
•
Jaringan social
e.
Familiaritas
Urutan
familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal, kemudian
berangsur – angsur pindah kepada hal – hal yang kurang di kenal atau belum di
kenal. Dalam keadaan – keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan
mempergunakan analogi.
f.
Akseptabilitas
Urutan
akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas
mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah dikenal atau tidak oleh
pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di
terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau
tidak oleh para pembaca
4.Macam-macam
Outline ( Kerangka Karangan )
A.
Berdasar Sifat Rinciannya:
1)
Kerangka Karangan Sementara / Non-formal: cukup terdiri atas dua tingkat,
dengan alasan:
a) Topiknya tidak kompleks
b) Akan segera digarap
2)
Kerangka Karangan Formal: terdiri atas tiga tingkat, dengan alasan:
a) Topiknya sangat kompleks
b) Topiknya sederhana, tetapi tidak
segera digarap
Cara
kerjanya:
Rumuskan
tema berupa tesis , kemudian pecah-pecah menjadi sub-ordinasi yang dikembangkan
untuk menjelaskan gagasan utama. Tiap sub-ordinasi dapat dirinci lebih lanjut.
Tesis yang dirinci minimal tiga tingkat sudah dapat disebut Kerangka Karangan
Formal.
B.
Berdasar Perumusan Teksnya
1)
Kerangka Kalimat
2)
Kerangka Topik
3)
Gabungan antara Kerangka Kalimat dan Kerangka Topik
5.Syarat Kerangka Karangan yang baik
a.
Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas.
Pilihlah
topik yang merupakan hal yang khas, kemudian tentukan tujuan yang Jelas.
Kemudian buatlah tesis atau pengungkapan maksud.
b.
Tiap unit hanya mengandung satu gagasan.
Bila
satu unit terdapat lebih dari satu gagasan, maka unit tersebut harus dirinci.
c.
Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga
rangkaian ide
atau
pikiran itu tergambar jelas.
d.
Harus menggunakan simbol yang konsisten.
Pada
dasarnya untuk menyusun karangan dibutuhkan langkah-langkah awal untuk
membentuk kebiasaan teratur dan sistematis yang memudahkan kita dalam
mengembangkan karangan.
6.Langkah-langkah
menyusun karangan satu per satu:
1.
Menentukan tema dan judul
Tema
adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari
suatu karangan.
Judul
adalah kepala karangan. Misalkan tema cakupannya lebih besar dan menyangkut
pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada penjelasan awal
(penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis.
2.
Mengumpulkan bahan
Bahan
yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan, banyak cara
mengumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara masing - masing sesuai
juga dengan tujuan tulisannya.
3.
Menyeleksi bahan
Agar
tidak terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan
tema pembahasan. polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah
dikumpulkan dengan teliti dan sistematis.
Berikut
ini petunjuk - petunjuknya :
1.
Catat hal penting semampunya.
2.
Jadikan membaca sebagai kebutuhan.
3.
Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.
4.
Membuat kerangka
Kerangka
karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang
lebih fokus dan terukur.
Kerangka
karangan belum tentu sama dengan daftar isi, atau uraian per bab. kerangka ini
merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk
mencapai tahap yang sempurna.
5.
Mengembangkan kerangka karangan
Proses
pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan terhadap materi
yang hendak ditulis. jika benar-benar memahami materi dengan baik, permasalahan
dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata.
Tahapan dalam menyusun kerangka karangan :
a. Mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah pohon pikiran (diagram yang
menjelaskan gagasan-gagasan yang timbul)
b. Mengatur urutan gagasan.
c. Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab
d. Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap
Kerangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan logis karena bila terdapat ide yang bersilangan, akan mempersulit proses pengembangan karangan. (karangan tidak mengalir)
7.Berikut
fungsi kerangka karangan :
a.
Memudahkan pengelolaan susunan karangan agar teratur dan sistematis
b.
Memudahkan penulis dalam menguraikan setiap permasalahan
c.
Membantu menyeleksi materi yang penting maupun yang tidak penting
8.Bentuk
kerangka karangan
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar