Mengenal
Parafrasa
Parafrasa
merupakan cara pengungkapan kembali suatu tuturan dari suatu tingkatan atau
macam bahasa menjadi yang lain tanpa mengubah pengertian. Ringkasnya parafrasa
adalah aneka tuturan satu makna.
Ciri ciri
parafrasa antara lain:
1.bentuk
tuturan berbeda
2.makna
tuturan sama
3.substansi
tidak berubah
4.bahasa/cara
menyampaikan berbeda
Berdasarkan
jenisnya , parafrasa dibagi menjadi dua , yaitu parafrasa lisan dan padafrasa
tertulis . Pada bahasan ini akan dikenalkan parafrasa tertulis .
Langkah-langkah
membuat parafrasa , antara lain:
1. Membaca teks secara keseluruhan2. Menentukan pokok-pokok pikiran dalam wacana
3. Menentukan tuturan apa yang hendak menjadi variasinya
4. Menyusun pokok pikiran tanpa mengubah arti
5. Menyempurnakan pokok pikiran dengan pikiran penjelas
6. Membentuk wacana sesuai keinginannya.
Perhatikan
cupkikan wacana berikut,
Hilangnya
Nilai "Ajaib" Borobudur di Mata Dunia
Senin, 16
Juli 2007 05:58 WIB | 9.130 Views
Oleh Oleh
Hanni Sofia
Jakarta (ANTARA News) - Pernahkah terpikir untuk bertanya
apakah Candi Borobudur termasuk ke dalam "Tujuh Keajaiban Dunia" yang
umum diakui di luar Indonesia? Dan percaya atau tidak dari pencarian di mesin
pencari Google secara sekilas ternyata jawabannya adalah tidak. Situs-situs
yang mengklaim bahwa Borobudur termasuk "Tujuh Keajaiban Dunia"
sebagian besar ditulis oleh orang Indonesia. Merujuk pada situs Wikipedia,
Borobudur memang tidak termasuk dalam tujuh keajaiban dunia. Pada beberapa situs
lainnya pun tidak semuanya mencantumkan nama Candi Borobudur. Bahkan pada situs
wonderclub.com, Borobudur dianggap sebagai keajaiban yang terlupakan "The
Forgotten Wonders". Seperti juga pada situs dari profesor teknik sipil
University of South Florida, Borobudur ditempatkan pada kategori Forgotten
Wonder bersama beberapa peninggalan bersejarah dunia lainnya.
Seperti diketahui, peninggalan yang masuk pada kategori
"yang terlupakan" itu biasanya adalah situs yang kurang dikenal oleh
para sejarawan dan arsitek dunia.
Barangkali, masyarakat di tanah air sudah saatnya menyadari
fakta bahwa sedari dulu Candi Borobudur memang tidak dikenal sebagai salah satu
dari tujuh keajaiban dunia pada literatur internasional. Hanya saja sejak dulu
bangsa Indonesia menyebutnya dalam buku-buku pelajaran di sekolah-sekolah
sebagai "Tujuh Keajaiban Dunia" (versi indonesia).
Namun, meski begitu, Candi yang terletak di Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah (Jateng) hingga saat ini tetap masih diakui sebagai
warisan budaya dunia. Borobudur tetap dianggap "ajaib" meski hasil
'polling' sebuah lembaga swasta di Swiss tidak lagi memasukkan candi Dinasti
Syailendra itu sebagai 'keajaiban dunia'. Candi Budha paling terkenal itu
dibangun pada abad ke-8 hingga abad ke-9 Masehi yang dibangun terbagi dalam tiga
bagian, yaitu dasar piramida dengan teras datar konsentris, stupa yang
penutupnya terdiri dari tiga platform sirkular, dan puncaknya berupa stupa
monumental.
Candi Borobudur sudah mulai dibangun 300 tahun sebelum Angkor
Wat di Kamboja dan 400 tahun sebelum katedral-katedral agung di Eropa. Candi
itu tersusun dari kurang lebih 55.000 M3 batu yang dipahat dan bila
relief-relief di Borobudur disusun berderet, maka panjangnya bisa mencapai 2900
meter. Pantas bila kemudian "kompetisi" pemilihan keajaiban dunia
yang diadakan Bernard Weber itu memunculkan banyak reaksi keras terutama dari
UNESCO dan beberapa negara yang memiliki warisan budaya yang dinilai ajaib
tetapi tidak termasuk dalam daftar tujuh keajabian dunia yang dihasilkan dari
pemilihan tersebut, misalnya saja Mesir yang memiliki Piramid.
UNESCO secara
tegas menanggapi tidak memiliki keterkaitan apapun dalam proses dan hasil
pemilihan tujuh keajaiban dunia baru itu. Banyak pihak menganggap sistem
pemilihan tujuh keajaiban dunia itu tidak layak dan tidak valid karena hasil
didapatkan hanya berdasarkan voting layaknya sebuah acara reality TV show.
Kebesaran peninggalan sejarah amat tidak layak bila hanya ditentukan dari
sebuah voting tanpa ada kriteria-kriteria tertentu yang ilmiah dan obyektif
dalam menilainya. Seperti diketahui, UNESCO sendiri tidak terpaku pada patokan
jumlah keajaiban dunia sebanyak tujuh. Organisasi dunia itu hanya memberikan
istilah ?World Heritage? (peninggalan -sejarah/kebudayaan- dunia).
Dosen sejarah Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta,
Sumargono, mengatakan, kriteria 'polling' yang dilakukan melalui inisiatif
pribadi Bernard Weber tersebut tidak begitu jelas dan belum bisa dijadikan
patokan. "Yang pasti, UNESCO masih mengakui Candi Borobudur sebagai
warisan budaya dunia," katanya. Kredibilitas 'polling' tersebut memang
perlu dipertanyakan karena kriterianya tidak jelas. Meski demikian, kata dia,
hasil 'polling' itu setidaknya bisa menjadi tantangan bagi pemerintah dan
masyarakat Indonesia untuk lebih memperhatikan Candi Borobudur sebagai warisan
budaya dunia dan tetap menjaga kelestarian candi Budha tersebut. Berbenah Tujuh
keajaiban dunia yang baru, yang diumumkan, pada awal Juli 2007 adalah Taj Mahal
(India), reruntuhan Petra (Yordania), Tembok Besar (China), reruntuhan Machu
Picchu (Peru), reruntuhan Chichen Itza (Meksiko), Koloseum (Roma), dan Patung
Kristus Sang Penebus (Brasil).
Bangsa Indonesia boleh jadi terpana dengan hasil
polling yang dilakukan sejak enam tahun silam itu. Hilangnya predikat ajaib
bagi Borobudur meskipun hanya tergusur melalui polling yang dianggap tidak
valid, tetap saja layaknya tamparan bagi banyak pihak untuk kemudian membenahi
candi Budha berumur ratusan tahun itu. Pengumuman polling tujuh keajaiban dunia
baru di Lisabon, Portugal, itu rupanya turut memacu pihak PT Taman Wisata Candi
Borobudur (TWCD) untuk melakukan berbagai pembenahan. "Ini justru menjadi
sarana introspeksi untuk lebih berbenah, supaya orang yang berkunjung lebih
mendapat kesan dan kenangan yang lebih baik selama berwisata di Borobudur,"
kata Wakil Kepala Unit TWCB, Pudjo Suwarno. Pembenahan yang akan dilakukan
antara lain penghijauan lanjutan untuk menambah sejuk suasana di sekitar
Borobudur karena hingga kini masih terkesan panas.
Selain itu, pembenahan
lanjutan juga dilakukan terhadap aktivitas para pedagang makanan, minuman, dan
cinderamata di kompleks TWCB, dan perbaikan promosi baik secara nasional maupun
internasional tentang wisata Borobudur. Target kunjungan wisata Borobudur tahun
2007 sebanyak 1,384 juta dan hingga Juni 2007 telah terealisasi 831.368 orang.
Pada tahun 2006 wisatawan yang ditargetkan 2,150 juta hanya terealisasi 1,243
juta orang karena terjadi bencana alam gempa bumi dan erupsi Gunung Merapi.
Seven wonders SMS Sementara itu, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik
meminta masyarakat Indonesia untuk tetap menganggap Candi Borobudur di
Magelang, Jawa Tengah, sebagai keajaiban dunia. "Saya minta masyarakat
Indonesia termasuk saya sendiri tetap menganggap Borobudur sebagai keajaiban
dunia, karena itu punya kesejarahan dan kompleksitas arsitektur yang luar biasa
serta tetap menjadi warisan dunia atau World Heritage oleh UNESCO,"
katanya.
Menurut Jero Wacik, UNESCO juga telah menyatakan untuk tidak mengakui
tujuh keajaiban baru versi jajak pendapat. "Saya menyebutnya 7 wonders
SMS, jadi orang polling, kalau sistemnya polling maka mana yang terkenal dan
banyak dikunjungi orang yang akan di SMS, bukan penilaian sejarah atau
arsitekturnya," ujarnya. Kembali lagi, terlepas bahwa Borobudur dinilai
ajaib atau tidak di mata dunia, tetap tidak mengubah bahwa candi itu merupakan
tatanan sekitar dua juta batu yang dibangun abad ke-8 masa Dinasti Syailendra,
di antara aliran Kali Elo dan Progo, Kabupaten Magelang. Ajaib kemudian bisa
saja berlaku subyektif dan nilai ajaibnya Borobudur boleh jadi tidak akan
pernah terenggut melalui polling ataupun cara lain di mata bangsa Indonesia.
(*)
Sumber : www.antaranews.com
Teks diatas dapat diubah menjadi
dialog/tanya jawab tertulis, cerita tertulis, atau laporan tanpa mengubah
makna. Proses itulah yang dinamakan parafrasa . Parafrasa dari wacana diatas
adalah Candi Borobudur ternyata bukan bagian dari tujuh keajaiban dunia. Candi
ini justru dimasukan ke dalam kaategori yang terlupakan . Maka dari itu
peliharalah kembali Candy Borobudur.
Contoh
lain adalah memparafrasakan puisi berikut:
Titik
karya Mansur Samin
Mencari titik
Rebutlah satu lagu
Hidup Mencaari titik akhir
Terimalah sebuah arti
Mati
Jakarta, 1965
Puisi
diatas parafrasanya adalah kehidupan merupakan perjalanan ibarat lagu yang
nantinya berakhir dalam sebuah titik kematian.
Dikutip
dari sumber :
Ahmad
Iskak , Yustinah . 2008 . Bahasa
Indonesia Tataran Semenjana untuk SMK. Jakarta : Erlangga .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar